"Dan TUHAN berfirman kepada Musa: 'Pada hari pertama bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, engkau harus mendirikan Kemah Suci, tablernak itu.'" - Keluaran 40:17
Ilustrasi artistik Kemah Suci dengan nuansa cerah.
Pasal 39 dari Kitab Keluaran merupakan catatan yang sangat rinci mengenai penyelesaian pembangunan Kemah Suci dan semua perlengkapannya. Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membangun Kemah Suci sesuai dengan pola yang telah diberikan. Setiap elemen, mulai dari kain tenun biru, ungu, dan kirmizi, hingga emas murni yang digunakan dalam pembuatan tabut perjanjian, kaki pelaminan, mezbah korban bakaran, hingga pakaian imam besar Harun, semuanya dibuat dengan cermat dan tepat sesuai perintah ilahi.
Perincian ini bukan sekadar deskripsi fisik, tetapi menekankan pentingnya ketaatan mutlak terhadap instruksi Tuhan. Setiap jahitan, setiap hiasan, setiap bahan memiliki makna simbolis dan teologis yang mendalam. Pakaian imam besar, khususnya, sangatlah indah dan sarat dengan lambang, mencerminkan kemuliaan dan kekudusan Tuhan yang akan hadir di tengah umat-Nya. Pembuatan efod, pehlorena, jubah, baju kemeja, serta mahkota dan ikat pinggang, semuanya menunjukkan keahlian luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada para pengrajin pilihan-Nya, Bezaleel dan Aholiab, serta semua orang yang diberi hati bijaksana.
Proses pembuatan yang teliti ini berakhir dengan konfirmasi Musa: "Semua pekerjaan itu diselesaikan Musa, tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah ia melakukannya." Pernyataan ini menjadi penutup yang kuat, menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah murni hasil dari ketaatan dan pemenuhan firman Tuhan. Keindahan Kemah Suci yang luar biasa adalah cerminan dari keindahan sifat Tuhan sendiri dan kehadiran-Nya yang kudus.
Pasal 40 membawa kita pada momen puncak, yaitu pendirian dan penyucian Kemah Suci. Setelah seluruh pekerjaan selesai, Tuhan memerintahkan Musa untuk mendirikan Kemah Suci pada tanggal satu bulan pertama. Momen ini menandai dimulainya era baru bagi bangsa Israel, yaitu kehadiran Tuhan yang nyata di antara mereka dalam bentuk Kemah Suci. Pendiriannya dilakukan sesuai dengan semua instruksi yang telah diberikan, menekankan kembali pentingnya ketepatan dalam mengikuti kehendak Tuhan.
Selanjutnya, Musa mengikuti instruksi untuk menempatkan semua barang penting di dalam dan di sekitar Kemah Suci. Tabut Kesaksian ditempatkan di dalam Ruang Mahakudus, ditutupi oleh tabir yang megah. Meja roti sajian diletakkan di Ruang Suci, begitu pula kaki pelaminan yang menyala. Mezbah korban bakaran ditempatkan di depan pintu masuk Kemah Suci, dan dasar tempat membasuh ditempatkan di antara Mezbah dan Kemah Suci. Semua ini dilakukan dengan urutan yang tepat, memperlihatkan hierarki dan fungsi setiap elemen dalam ibadah.
Puncak dari pasal ini adalah datangnya kemuliaan Tuhan yang memenuhi Kemah Suci. Ketika segala sesuatu telah ditempatkan dan disucikan, awan TUHAN menaungi Kemah Suci, dan kemuliaan TUHAN memenuhi tempat itu. Ini adalah bukti nyata dari kehadiran ilahi yang penuh kuasa dan kekudusan. Kehadiran ini menjadi panduan bagi umat Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun. Awan yang naik dari Kemah Suci menjadi tanda untuk berangkat, dan awan yang tetap di sana menjadi tanda untuk berkemah. Keluaran 39 dan 40 bersama-sama menggambarkan bukan hanya pembangunan fisik sebuah tempat ibadah, tetapi juga peletakan dasar bagi hubungan yang intim antara Tuhan dan umat-Nya, ditandai dengan kehadiran-Nya yang nyata dan panduan-Nya yang konstan.