Ayat Keluaran 4:19 merupakan pengingat kuat akan firman Tuhan yang disampaikan kepada Musa sebelum ia kembali ke Mesir untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan. Perintah ini datang setelah Musa ragu-ragu dan merasa tidak mampu menghadapi Firaun. Tuhan, dalam kasih dan kebesaran-Nya, meneguhkan kembali misi Musa dengan janji akan kuasa-Nya yang akan bekerja melalui dirinya.
Pesan inti dari ayat ini adalah penegasan kembali mengenai kemurahan dan kuasa Tuhan. Tuhan tidak hanya memerintahkan Musa, tetapi juga meyakinkannya bahwa Ia akan menyertai dan melakukan mujizat-mujizat luar biasa di Mesir, sama seperti yang telah Ia lakukan di hadapan Musa sendiri. Ini menunjukkan bahwa perjalanan yang akan dihadapi Musa bukanlah perjalanan yang ia lakukan sendirian, melainkan sebuah misi yang didukung penuh oleh Sang Pencipta alam semesta. Janji ini sangat krusial bagi Musa, yang sebelumnya merasa minder dan kurang cakap.
Namun, di balik janji kemuliaan itu, terselip pula sebuah peringatan penting: "Tetapi Firaun akan mengeraskannya, sehingga ia tidak akan membiarkan bangsa itu pergi." Bagian ini sering kali disalahpahami. Penting untuk melihatnya dalam konteks yang lebih luas. Tuhan mengenal hati Firaun, bahkan sebelum Firaun menunjukkan kekerasannya. Kekerasan hati Firaun bukanlah sesuatu yang tiba-tiba terjadi, melainkan akumulasi dari keangkuhan, kesombongan, dan penolakan terhadap otoritas ilahi. Tuhan mengizinkan kekerasan hati ini untuk terjadi agar melalui serangkaian hukuman dan tanda ajaib, kemuliaan-Nya akan dinyatakan dengan lebih nyata kepada bangsa Mesir dan juga bangsa Israel.
Bagi kita saat ini, Keluaran 4:19 menawarkan pelajaran berharga. Ketika kita dihadapkan pada tugas atau tantangan yang terasa berat, seringkali muncul keraguan diri dan ketakutan. Ayat ini mengingatkan bahwa Tuhan selalu mendahului kita. Ia yang memberikan panggilan, Ia pula yang memberikan kekuatan dan kemampuan. Mujizat-mujizat yang dijanjikan Tuhan bukanlah jaminan bahwa jalan akan selalu mulus dan tanpa hambatan. Sebaliknya, seringkali di tengah kesulitan dan penolakanlah, kuasa Tuhan justru paling nyata bekerja. Kekerasan hati orang lain atau rintangan yang kita hadapi seharusnya tidak membuat kita patah semangat, melainkan memicu kita untuk lebih bersandar pada Tuhan.
Tuhan berkuasa atas segala keadaan, termasuk hati manusia. Walaupun Firaun mengeraskan hatinya, Tuhan tetap memiliki kendali penuh. Tujuan akhir Tuhan adalah pembebasan umat-Nya, dan Ia akan menggunakan segala cara untuk mencapai rencana-Nya. Sama seperti Musa yang diberi peneguhan sebelum memulai tugas beratnya, kita pun dipanggil untuk percaya pada penyertaan Tuhan di setiap langkah hidup kita. Setiap mujizat, sekecil apapun, adalah bukti kasih dan kuasa-Nya yang senantiasa bekerja bagi mereka yang percaya.