"Maka Musa mengambil isterinya dan anak-anaknya, menaikkan mereka ke atas keledai dan pulang kembali ke tanah Mesir. Dan tongkat Allah dipegang Musa di tangannya."
Ayat Keluaran 4:20 mencatat sebuah momen krusial dalam narasi Alkitab. Setelah percakapan mendalam dengan Allah di semak duri yang menyala, Musa diperintahkan untuk kembali ke Mesir. Perintah ini bukan sekadar perjalanan biasa, melainkan awal dari sebuah misi ilahi yang akan mengubah jalannya sejarah bangsa Israel. Musa, yang sebelumnya seorang gembala yang melarikan diri dari negerinya, kini dipanggil untuk menjadi pemimpin yang akan membebaskan umat pilihan Tuhan dari perbudakan.
Keputusan Musa untuk "mengambil isterinya dan anak-anaknya, menaikkan mereka ke atas keledai dan pulang kembali ke tanah Mesir" menunjukkan komitmen dan keberaniannya. Meskipun perjalanan kembali ke Mesir pasti penuh dengan ketidakpastian dan potensi bahaya, Musa tidak ragu untuk membawa keluarganya. Ini adalah gambaran tentang bagaimana iman seringkali menuntut pengorbanan dan kepercayaan penuh pada penyelenggaraan ilahi, bahkan ketika jalan di depan belum sepenuhnya terlihat jelas. Kehadiran keluarganya di sisinya mungkin juga memberinya kekuatan emosional dan spiritual dalam menghadapi tugas monumental yang menantinya.
Frasa "Dan tongkat Allah dipegang Musa di tangannya" memiliki makna simbolis yang mendalam. Tongkat yang tadinya hanya alat sederhana seorang gembala, kini diidentifikasi sebagai "tongkat Allah". Ini menandakan transformasi. Tongkat itu bukan lagi sekadar kayu, melainkan menjadi saluran kuasa ilahi, simbol otoritas yang diberikan Tuhan kepada Musa. Tongkat ini akan menjadi instrumen bagi tanda-tanda dan keajaiban yang akan dilakukan Musa di hadapan Firaun dan bangsa Mesir, yang pada akhirnya akan membuktikan kebesaran Allah Israel.
Tongkat ini akan menjadi saksi bisu dari pertobatan bangsa Israel dari perbudakan. Dari membelah Laut Merah hingga mendatangkan air dari batu karang, tongkat tersebut menjadi penanda kehadiran dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan umat-Nya. Bagi Musa sendiri, memegang tongkat itu berarti memegang mandat ilahi. Ini mengingatkannya akan janji Tuhan dan kekuatan yang menyertainya. Di tengah keraguannya, tongkat itu adalah pengingat fisik akan panggilan sucinya dan kemampuan yang diberikan dari Sumber segala kekuatan.
Keluaran 4:20 adalah titik balik. Musa meninggalkan kehidupan yang relatif tenang di Midian untuk menghadapi tantangan besar di Mesir. Dia berangkat bukan sebagai individu biasa, tetapi sebagai nabi yang diutus, diperlengkapi dengan tanda-tanda dan otoritas ilahi. Kisah ini menekankan bahwa ketika Tuhan memanggil seseorang untuk suatu tugas, Dia juga akan memperlengkapi mereka. Perjalanan Musa dan keluarganya, serta tongkat yang berada di tangannya, adalah pengingat bahwa Allah selalu bersama umat-Nya, membimbing, melindungi, dan memberdayakan mereka untuk melaksanakan kehendak-Nya, bahkan dalam situasi yang paling menakutkan sekalipun. Ini adalah awal dari pembebasan besar yang akan mengukir nama Israel dalam sejarah.