"Lalu ia meletakkan kaki pelita emas di sebelah kanan Kemah Suci, dan kaki pelita itu di sebelah kiri, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa."
Ayat Keluaran 40:26 menggambarkan momen penting dalam penyiapan Kemah Suci, sebuah tempat ibadah bergerak yang dibawa oleh bangsa Israel di padang gurun. Musa, atas perintah Tuhan, menempatkan kaki pelita emas. Perintah ini bukan sekadar detail arsitektur, melainkan memiliki makna simbolis yang dalam. Pelita emas ini, dengan cahayanya yang stabil dan abadi, melambangkan kehadiran dan terang Tuhan yang senantiasa menyertai umat-Nya. Ia adalah pengingat visual bahwa di tengah kegelapan padang gurun, Tuhan adalah sumber terang dan petunjuk.
Dalam konteks kekinian, ayat ini mengajak kita merenungkan arti "terang" dalam kehidupan kita. Keluaran 40:26 mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin menghadapi "padang gurun" kehidupan modern – dengan segala tantangan, ketidakpastian, dan kegelapan spiritual yang mungkin menyertainya – kita memiliki sumber terang yang sama. Terang ini dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara: Firman Tuhan yang membimbing, doa yang menghubungkan kita dengan Yang Maha Kuasa, kasih sesama yang memancarkan kebaikan, atau bahkan intuisi ilahi yang menuntun kita pada jalan yang benar.
Penempatan pelita emas di tempat yang spesifik – di samping Kemah Suci, bukan di sembarang tempat – menekankan pentingnya menempatkan spiritualitas dan keterhubungan dengan Tuhan sebagai pusat dalam kehidupan kita. Seperti pelita yang menerangi Kemah Suci, iman kita seharusnya menerangi tindakan, keputusan, dan interaksi kita sehari-hari. Ini bukan tentang ritual belaka, tetapi tentang bagaimana keyakinan kita diwujudkan dalam praktik. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai pusat, bahkan dalam kesulitan, kita akan menemukan kekuatan dan arah yang tidak terduga.
Lebih jauh lagi, "keluaran 40 26" juga bisa menjadi metafora untuk menemukan cahaya bahkan di dalam kegelapan. Pelita emas tidak padam; ia bersinar terus-menerus. Ini adalah janji bahwa bahkan ketika kita merasa tersesat atau terpuruk, ada harapan. Cahaya ini memberikan kehangatan, kepastian, dan rasa aman. Dalam kesibukan dunia modern yang sering kali membuat kita merasa terasing, merujuk pada ayat ini dapat menjadi pengingat untuk secara aktif mencari dan memelihara sumber terang dalam diri kita dan di sekitar kita. Ini bisa berarti meluangkan waktu untuk refleksi, membaca literatur inspiratif, atau sekadar merasakan kehadiran kekuatan yang lebih besar.
Pada akhirnya, Keluaran 40:26 menawarkan sebuah pandangan yang optimis. Ia berbicara tentang keberadaan terang ilahi yang selalu ada, siap untuk menerangi jalan kita. Dengan menempatkan "pelita" iman dan spiritualitas di tempat yang semestinya dalam hati dan kehidupan kita, kita dapat menavigasi setiap tantangan dengan lebih percaya diri, menemukan kedamaian, dan memancarkan cahaya positif bagi dunia di sekitar kita. Inilah esensi dari keluaran 40 26: sebuah undangan untuk hidup dalam terang, setiap saat.