Simbol Harapan dan Kebebasan

Keluaran 40 29: Pembebasan yang Diberikan Tuhan

"Maka ia menaruh mezbah korban bakaran itu di depan pintu Kemah Pertemuan, dan mempersembahkan korban bakaran dan korban santapan di atasnya, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa."

Ayat Keluaran 40:29 ini, meskipun seringkali terlewatkan di antara kisah-kisah epik dan perintah-perintah besar lainnya dalam Kitab Keluaran, memegang makna spiritual yang mendalam bagi perjalanan bangsa Israel. Ayat ini menandai momen penting setelah berbulan-bulan pembangunan, di mana Kemah Suci akhirnya berdiri tegak, lengkap dengan segala perlengkapannya, siap untuk menjadi pusat ibadah dan kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya.

Setelah penyelesaian Kemah Suci, Musa, sesuai dengan perintah ilahi yang tak henti-hentinya, menempatkan mezbah korban bakaran di tempat yang strategis: tepat di depan pintu masuk Kemah Pertemuan. Ini bukan sekadar penempatan benda. Ini adalah simbol visual dari bagaimana umat Israel, yang baru saja keluar dari perbudakan Mesir, akan memulai hubungan mereka dengan Tuhan di tanah yang baru. Mezbah ini menjadi titik temu pertama antara manusia berdosa dan Tuhan yang kudus.

Pada mezbah inilah korban-korban dipersembahkan. Korban bakaran (olah) melambangkan penyerahan diri total kepada Tuhan, kesadaran akan ketergantungan penuh pada-Nya, dan pengakuan atas kedaulatan-Nya. Sementara itu, korban santapan (minchah), yang terdiri dari hasil bumi, menunjukkan rasa syukur atas berkat dan pemeliharaan Tuhan. Kombinasi kedua jenis korban ini menekankan bahwa ibadah yang sejati kepada Tuhan melibatkan kedua aspek: pengabdian diri dan rasa syukur yang tulus.

Penempatan mezbah di depan pintu Kemah Pertemuan sangatlah krusial. Ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat masuk ke dalam hadirat Tuhan atau mengalami persekutuan yang mendalam dengan-Nya tanpa melalui korban. Dosa harus diatasi, dan pengampunan harus dicari melalui darah perjanjian. Ini adalah gambaran foreshadowing dari karya Kristus di kayu salib, yang menjadi korban sempurna yang menghapus dosa umat manusia, membuka jalan bagi kita untuk masuk ke dalam hadirat Bapa dengan keberanian (Ibrani 10:19-22).

Lebih dari sekadar ritual, ayat ini berbicara tentang ketaatan yang tak tergoyahkan. Musa tidak melakukan apa pun selain apa yang telah diperintahkan Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa dalam hubungan kita dengan Tuhan, ketaatan adalah kunci. Keinginan kita untuk menyenangkan Tuhan haruslah selaras dengan firman-Nya. Pembebasan dari Mesir adalah manifestasi kuasa Tuhan, tetapi membangun kembali hubungan dengan-Nya memerlukan respons ketaatan dari pihak Israel.

Keluaran 40:29 mengingatkan kita bahwa kehadiran Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat didekati dengan sembarangan. Perlu ada persiapan, pengorbanan, dan pengakuan akan kekudusan-Nya. Mezbah korban bakaran menjadi pengingat abadi akan harga yang harus dibayar untuk pendamaian, sebuah harga yang akhirnya dibayar sepenuhnya oleh Yesus Kristus bagi kita. Melalui iman kepada-Nya, kita, seperti bangsa Israel di Kemah Pertemuan, dapat mendekat kepada Tuhan, bukan dengan rasa takut, tetapi dengan keyakinan akan kasih karunia-Nya.

Pada akhirnya, kisah ini bukan hanya tentang masa lalu bangsa Israel, tetapi juga tentang bagaimana kita, sebagai orang percaya masa kini, mendekati Tuhan. Mari kita renungkan betapa beruntungnya kita yang telah menerima pengorbanan Kristus, yang memungkinkan kita untuk memiliki persekutuan yang terus-menerus dengan Tuhan, didasarkan pada kasih karunia dan ketaatan. Untuk mendalami lebih lanjut tentang kisah keluaran, Anda bisa membaca Kitab Keluaran pasal 40.