Keluaran 5:13

"Dan orang Israel berseru kepada TUHAN, karena mereka sangat menderita akibat perbudakan. Maka mereka berseru, dan seruan mereka naik kepada Allah karena perbudakan itu."

Persembahan Harapan Sejati di Tengah Penderitaan

Ayat Keluaran 5:13 membawa kita ke dalam inti penderitaan bangsa Israel di Mesir. Gambaran yang disajikan bukanlah tentang kemakmuran atau kebebasan, melainkan tentang keputusasaan yang mendalam akibat kerja paksa dan penindasan yang tak kunjung usai. Dalam situasi yang paling suram, ketika harapan fisik terasa memudar, sebuah tindakan penting terjadi: bangsa Israel berseru kepada Tuhan.

Seruan ini bukanlah keluhan biasa, melainkan sebuah permohonan yang penuh keyakinan, sebuah bentuk persembahan. Persembahan ini bukan berupa materi atau korban binatang seperti yang biasa kita bayangkan, melainkan sebuah persembahan hati yang hancur dan jiwa yang merindukan kelepasan. Mereka tidak memiliki harta benda untuk dipersembahkan, hanya penderitaan dan keinginan tulus untuk dibebaskan.

Dalam konteks sejarah, Musa dan Harun telah datang dengan pesan dari Tuhan, meminta Firaun untuk membiarkan umat Israel pergi. Namun, Firaun justru semakin keras hati dan menambah beban kerja mereka. Para mandur Mesir dengan kejam memaksa orang Israel untuk membuat batu bata tanpa diberi jerami, tugas yang semakin berat dan menyakitkan. Di tengah tekanan yang meningkat ini, muncul seruan yang naik kepada Allah.

Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam keadaan paling menyedihkan sekalipun, Tuhan tidak pernah jauh. Seruan yang tulus dari hati yang tertindas adalah persembahan yang berharga di mata-Nya. Ayat ini mengajarkan kita bahwa persembahan kita kepada Tuhan tidak selalu harus berupa hal-hal yang besar atau spektakuler. Kadang-kadang, persembahan yang paling murni adalah kejujuran kita akan keadaan kita, kerentanan kita, dan kerinduan kita akan pertolongan-Nya. Ketika kita merasa tidak berdaya, justru itulah saat yang tepat untuk berseru kepada-Nya.

Keluaran 5:13 mengingatkan kita akan Keluaran 5:13 sebagai titik balik. Penderitaan mereka bukan hanya menjadi alasan untuk mengeluh, tetapi menjadi katalisator untuk sebuah doa yang kuat. Seruan mereka "naik kepada Allah" menandakan bahwa Tuhan mendengar dan memperhatikan. Ini adalah janji bahwa Tuhan peduli terhadap mereka yang menderita dan tertindas. Persembahan harapan sejati ini akhirnya membuka jalan bagi intervensi ilahi yang akan membawa kelepasan besar bagi bangsa Israel.

Bagi kita hari ini, ayat ini adalah sumber kekuatan. Ketika kita menghadapi kesulitan, ketika hidup terasa berat, dan ketika kita merasa tidak tahu lagi harus berbuat apa, ingatlah bangsa Israel di Mesir. Serukanlah kepada Tuhan. Biarkan penderitaan kita menjadi persembahan keyakinan, dan percayalah bahwa doa kita didengar dan dijawab pada waktu-Nya.