Keluaran 5:3

"Dan mereka berkata: 'Imbau-himbaulah TUHAN, supaya disingkirkan daripada kami.' Tetapi tuanku Firaun tidak mau mendengarkan kami."
Representasi visual permintaan kebebasan Permohonan untuk Bebas

Ayat dari Kitab Keluaran 5:3 ini membawa kita pada momen krusial dalam narasi tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Kalimat ini bukan sekadar ucapan, melainkan sebuah teriakan hati dari umat yang tertindas, yang telah mencapai batas kesabaran dan keberanian mereka.

Dalam konteks ini, Musa dan Harun, atas perintah Tuhan, telah datang menghadap Firaun untuk menyampaikan tuntutan sederhana namun monumental: mengizinkan bangsa Israel pergi untuk beribadah kepada Allah mereka. Permintaan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan panjang dan tak tertahankan di bawah kekuasaan Mesir. Mereka telah menjadi buruh paksa, hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, dan tanpa harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Oleh karena itu, ucapan "Imbau-himbaulah TUHAN, supaya disingkirkan daripada kami" adalah ekspresi keputusasaan yang mendalam. Ini menunjukkan bahwa mereka melihat Tuhan sebagai satu-satunya harapan mereka, satu-satunya entitas yang mampu mengintervensi situasi mereka yang mengerikan. Mereka ingin agar campur tangan ilahi ini membebaskan mereka dari beban yang begitu berat, dari segala bentuk penindasan dan kesulitan yang mereka alami setiap hari.

Namun, bagian kedua dari ayat ini, "Tetapi tuanku Firaun tidak mau mendengarkan kami," menyoroti inti konflik: penolakan kejam dari penguasa Mesir. Firaun, yang mewakili kekuatan duniawi dan kesombongan, tidak mau melepaskan tenaga kerja gratisnya, apalagi tunduk pada permintaan dari bangsa budaknya. Penolakannya ini bukan hanya masalah politik atau ekonomi, tetapi juga penolakan terhadap kekuasaan Tuhan yang diwakili oleh Musa dan Harun.

Keluaran 5:3 mengajarkan kita banyak hal tentang sifat permohonan, penolakan, dan intervensi ilahi. Ini adalah gambaran kuat tentang bagaimana umat manusia seringkali harus menghadapi rintangan besar dari kekuatan yang menindas, baik itu sistem sosial, politik, maupun keangkuhan individu. Pentingnya 'memanggil Tuhan' dalam kesulitan merupakan inti dari iman, sebuah pengakuan bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang dapat mengatasi segala kesulitan duniawi. Kegigihan Firaun dalam menolak, di sisi lain, menunjukkan bahwa jalan menuju kebebasan seringkali tidak mudah dan penuh dengan perlawanan.

Keluaran 5:3 adalah pengingat bahwa meskipun harapan terkadang tampak tipis, dan para penindas mungkin tampak tak tergoyahkan, keyakinan pada intervensi ilahi dapat memberikan kekuatan untuk terus maju. Kisah ini terus menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk mencari keadilan dan kebebasan, dengan selalu mengingat bahwa sumber kekuatan tertinggi seringkali ada dalam panggilan tulus kepada Tuhan.