Keluaran 9:29

"Maka berkatalah Musa kepada-Nya: "Tatkala aku keluar dari kota ini, aku hendak mengembangkan kedua tanganku kepada TUHAN; guruh akan berhenti dan hujan batu tidak akan ada lagi, supaya engkau mengetahui bahwa bumi ini milik TUHAN."

Keluaran 9:29 Simbol Kedaulatan

Ayat Keluaran 9:29 mencatat sebuah momen krusial dalam narasi pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Musa, sebagai utusan Tuhan, berhadapan dengan Firaun, yang kekerasan hatinya menjadi penghalang bagi kehendak ilahi. Dalam percakapan yang sarat dengan otoritas dan janji, Musa menyampaikan instruksi spesifik mengenai doa yang akan ia panjatkan kepada Tuhan.

Kalimat "Tatkala aku keluar dari kota ini, aku hendak mengembangkan kedua tanganku kepada TUHAN; guruh akan berhenti dan hujan batu tidak akan ada lagi, supaya engkau mengetahui bahwa bumi ini milik TUHAN" bukan sekadar pernyataan, melainkan sebuah deklarasi iman dan penguasaan. Tindakan "mengembangkan kedua tangan kepada TUHAN" adalah gestur doa dan permohonan yang universal, menunjukkan penyerahan diri dan pengharapan yang tulus kepada Sang Pencipta. Ini adalah cara untuk meminta intervensi ilahi, memohon agar badai yang dahsyat yang melanda Mesir atas perintah Tuhan, segera ditenangkan.

Fokus pada penghentian "guruh" dan "hujan batu" menunjukkan betapa spesifiknya permohonan ini, sekaligus menegaskan kuasa Tuhan atas elemen-elemen alam. Hujan batu yang menghancurkan dan guruh yang menakutkan adalah manifestasi murka Tuhan yang sebelumnya telah dikirim sebagai peringatan kepada Firaun. Dengan menghentikannya, Musa bermaksud menunjukkan bahwa kekuatan yang telah membawa malapetaka ini adalah kekuatan yang sama yang mampu membawa ketenangan dan pemulihan.

Tujuan akhir dari tindakan ini, sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, adalah "supaya engkau mengetahui bahwa bumi ini milik TUHAN." Ini adalah inti dari pesan ilahi yang disampaikan melalui Musa. Bukan hanya Firaun yang perlu memahami, tetapi seluruh Mesir dan bangsa Israel sendiri harus mengakui kedaulatan mutlak Tuhan atas segala ciptaan. Bumi, dengan segala isinya, tunduk pada kehendak-Nya. Peristiwa ini bertujuan untuk mengukuhkan pengakuan terhadap Tuhan sebagai Penguasa tertinggi, yang kekuatannya melampaui segala kekuasaan manusia, termasuk raja Mesir yang berkuasa.

Keluaran 9:29 bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga menawarkan pelajaran rohani yang relevan. Ia mengajarkan tentang pentingnya doa yang terarah dan iman yang teguh di hadapan kesulitan. Ia mengingatkan kita bahwa di tengah kekacauan atau ujian, ada kuasa yang lebih besar yang dapat diandalkan. Lebih dari itu, ayat ini menjadi pengingat abadi akan keagungan dan otoritas Tuhan atas seluruh alam semesta, yang selalu bekerja untuk membebaskan umat-Nya dan menyatakan kebenaran-Nya.

Dengan memahami Keluaran 9:29, kita diajak untuk merenungkan sejauh mana kita mengakui kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Apakah kita mengizinkan-Nya untuk mengendalikan "badai" dalam kehidupan kita, percaya bahwa Ia memiliki rencana yang lebih besar? Pilihan untuk percaya dan berserah, seperti Musa yang mengembangkan tangannya, adalah langkah awal menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kebesaran-Nya dan kedamaian yang Ia tawarkan.