Kidung Agung 2:9

"Kekasihku itu seperti kijang atau anak rusa. Ia berdiri di balik tembok kita, mengintip dari jendela, memperlihatkan diri dari kisi-kisi."

Ayat Kidung Agung 2:9 melukiskan sebuah gambaran yang indah dan penuh kerinduan. Sosok kekasih yang digambarkan sebagai "kijang atau anak rusa" memancarkan keanggunan, kelincahan, dan keindahan alam. Kijang dan anak rusa dikenal karena gerakan mereka yang luwes, mata mereka yang ekspresif, dan kehadiran mereka yang menawan di padang rumput. Penggambaran ini secara langsung mengarah pada sifat kekasih yang digambarkan, entah itu merujuk pada Sulamit, Salomo, atau bahkan metafora hubungan antara Allah dan umat-Nya.

Kemudian, ayat ini berlanjut dengan detail yang lebih intim: "Ia berdiri di balik tembok kita, mengintip dari jendela, memperlihatkan diri dari kisi-kisi." Kehadiran kekasih yang tidak sepenuhnya terlihat, hanya mengintip, menciptakan elemen misteri dan antisipasi. Ini bisa diartikan sebagai kerinduan yang mendalam dari satu pihak terhadap pihak lain. Ia ingin dilihat, ia ingin berinteraksi, namun ada semacam penghalang kecil yang membuatnya hanya bisa memperlihatkan sebagian dirinya. Tembok, jendela, dan kisi-kisi ini bisa menjadi metafora berbagai hal: tembok pertahanan diri, keragu-raguan, jarak, atau bahkan cobaan yang memisahkan dua hati.

Namun, inti dari gambaran ini adalah hasrat yang kuat untuk terhubung. Meskipun terhalang, kekasih itu tidak menyerah. Ia mencari cara untuk membuat kehadirannya diketahui, untuk memberikan petunjuk akan cintanya. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hubungan yang paling mendalam, bahkan ketika ada jarak atau kesulitan, upaya untuk menunjukkan kasih dan keinginan untuk lebih dekat selalu ada. Pengalaman ini seringkali terasa dalam berbagai bentuk relasi, mulai dari hubungan romantis hingga hubungan spiritual. Kesabaran dan ketekunan dalam penantian, serta keindahan dari penampakan yang sekilas, adalah bagian dari dinamika kasih itu sendiri.

Kidung Agung 2:9 mengajarkan kita tentang keindahan kerinduan dan cara kasih menemukan jalannya untuk bermanifestasi, meskipun melalui celah-celah kecil. Kekasih yang "mengintip" adalah simbol harapan bahwa di balik setiap penghalang, ada kemungkinan untuk bertemu dan menyaksikan keindahan cinta. Penggambaran ini begitu kuat, membangkitkan rasa penasaran dan kehangatan, serta mengingatkan kita pada kekuatan universal dari keinginan untuk dicintai dan mencintai. Ia adalah pengingat bahwa kasih seringkali datang dengan cara yang penuh kejutan, membutuhkan kesabaran untuk dikenali, dan selalu layak untuk dinanti.

Keindahan kijang dan keteguhan tembok saling melengkapi, menciptakan dialog visual yang mempesona tentang esensi kasih yang penuh antisipasi.

Kidung Agung 2:9

Ilustrasi: Kasih yang mengintip dari celah.