"Maka bertanyalah mereka yang berkumpul itu kepada-Nya: "Tuhan, apakah Engkau akan mengembalikan kerajaan kepada Israel pada masa ini?"
Kisah Para Rasul pasal 1, ayat 6, membuka sebuah jendela penting ke dalam pemikiran para murid Yesus Kristus sesaat setelah kebangkitan-Nya. Momen ini adalah titik balik krusial dalam sejarah kekristenan, sebuah periode transisi yang penuh dengan pertanyaan, harapan, dan sebuah penantian akan janji ilahi. Para murid, yang baru saja menyaksikan kebangkitan yang luar biasa dari Sang Guru, berkumpul dalam satu kesatuan, hati mereka dipenuhi berbagai macam emosi, mulai dari kegembiraan hingga kebingungan.
Pertanyaan yang mereka ajukan kepada Yesus, "Tuhan, apakah Engkau akan mengembalikan kerajaan kepada Israel pada masa ini?" mencerminkan pemahaman dan ekspektasi mereka pada saat itu. Kerajaan yang mereka impikan kemungkinan besar adalah sebuah pengembalian kejayaan politik dan kebebasan bagi bangsa Israel dari penindasan asing. Harapan akan pemulihan nasional yang megah tentu menjadi fokus utama dalam benak banyak orang Yahudi pada masa itu, dan para murid Yesus tidak terkecuali. Mereka melihat Yesus sebagai Mesias yang diutus untuk membebaskan Israel, dan kini, dengan kebangkitan-Nya, mereka merasa bahwa waktunya telah tiba.
Ayat ini secara gamblang menunjukkan bahwa meskipun mereka telah menyaksikan banyak mukjizat dan mendengar ajaran-ajaran mendalam dari Yesus, pemahaman mereka tentang hakikat Kerajaan Allah masih sangat terikat pada konsep duniawi. Mereka belum sepenuhnya memahami bahwa Kerajaan Allah yang dibawa oleh Yesus bukan sekadar kerajaan politis, melainkan sebuah realitas spiritual yang akan memperluas pengaruhnya ke seluruh dunia, bukan hanya Israel. Penekanan pada "pada masa ini" menunjukkan keinginan kuat untuk melihat manifestasi kekuasaan yang segera dan terlihat.
Yesus, dengan kebijaksanaan ilahi-Nya, tidak langsung mengiyakan atau menolak pertanyaan mereka. Respons-Nya, yang terdapat dalam ayat-ayat selanjutnya, mengarahkan mereka pada pemahaman yang lebih luas tentang misi-Nya dan misi mereka. Ia mengingatkan mereka bahwa waktu dan saatnya telah ditetapkan oleh Bapa, dan tugas utama mereka bukanlah untuk menghitung waktu kejadiannya, melainkan untuk menjadi saksi-Nya sampai ke ujung bumi. Ini adalah sebuah pelajaran berharga tentang perbedaan antara agenda manusia yang seringkali terbatas dan agenda ilahi yang jauh lebih luas.
Kisah Para Rasul 1:6 dan interaksi yang menyertainya memberikan pelajaran yang relevan bagi umat Kristiani hingga kini. Ia mengingatkan kita untuk berhati-hati agar tidak terjebak dalam ekspektasi yang sempit mengenai bagaimana Kerajaan Allah seharusnya bekerja atau kapan janji-janji ilahi akan sepenuhnya terwujud dalam bentuk yang kasat mata. Fokus kita seharusnya lebih kepada penyebaran Injil, kesaksian tentang Kristus, dan menjalani kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan para murid mengingatkan kita bahwa pertumbuhan rohani adalah sebuah perjalanan. Pemahaman kita tentang kehendak Allah dan tujuan-Nya terus berkembang seiring waktu dan pengalaman iman kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons ketika kebenaran yang lebih besar diwahyukan: apakah kita terbuka untuk belajar, menyesuaikan pandangan kita, dan tetap setia pada tugas yang dipercayakan kepada kita, yaitu menjadi agen perubahan dan pembawa kabar baik di dunia ini.