Kisah Rasul 10:32 - Petrus dan Kornelius: Pintu Terbuka Bagi Semua

"Lalu Petrus berkata: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak memandang bulu. Tetapi Ia menerima siapa saja dari segala bangsa, yang takut akan Dia dan yang mengusahakan keadilan.’”

🙏

Kisah pertemuan antara Rasul Petrus dan seorang perwira Romawi bernama Kornelius, sebagaimana tercatat dalam Kitab Kisah Para Rasul pasal 10, merupakan salah satu momen paling transformatif dalam sejarah Kekristenan awal. Ayat 32, yang diucapkan oleh Petrus, menjadi penegasan penting akan pesan universal Injil yang tidak terbatas pada satu kelompok etnis atau bangsa tertentu. Kejadian ini menandai pergeseran paradigma besar, membuka pintu kasih karunia Allah bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka.

Sebelum pertemuan ini, komunitas Yahudi Kristen umumnya memandang dirinya sebagai umat pilihan Allah, dan pemahaman tentang hukum Taurat sangat membatasi interaksi dengan bangsa-bangsa lain, yang seringkali dianggap tidak murni. Misi Injil sebagian besar terbatas pada kalangan Yahudi. Namun, Allah memiliki rencana yang lebih besar. Melalui serangkaian penglihatan yang dialami oleh Kornelius di Kaisarea dan Petrus di Yope, Allah secara aktif memimpin keduanya untuk bertemu. Kornelius, seorang yang saleh dan takut akan Allah, yang meskipun seorang bukan Yahudi, sering berdoa dan memberi sedekah, diperintahkan untuk mencari Petrus.

Di sisi lain, Petrus mengalami penglihatan tentang seekor kain yang penuh dengan binatang haram, yang diturunkan dari langit, dan sebuah suara yang menyuruhnya menyembelih dan makan. Tiga kali penglihatan itu terjadi, dan tiga kali pula Petrus menolaknya karena hukum Yahudi melarang makan binatang haram. Namun, suara itu berkata, "Apa yang telah disucikan Allah, tidak boleh kamu sebut najis." Penglihatan ini, pada awalnya membingungkan, kemudian menjadi kunci pemahaman ketika utusan Kornelius tiba. Petrus akhirnya mengerti bahwa Allah tidak memandang bulu.

Saat Petrus tiba di rumah Kornelius dan mendapati banyak orang berkumpul, ia menyatakan kebenaran yang telah ia sadari: "Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak memandang bulu. Tetapi Ia menerima siapa saja dari segala bangsa, yang takut akan Dia dan yang mengusahakan keadilan." Pernyataan ini bukan hanya pengakuan pribadi Petrus, tetapi juga deklarasi teologis yang fundamental. Ini adalah pengakuan bahwa keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus bukan monopoli satu bangsa, tetapi tawaran yang terbuka bagi setiap orang yang memiliki hati yang tulus kepada Allah.

Kisah ini menekankan dua elemen penting: ketakutan akan Allah dan usaha mengusahakan keadilan. Keduanya bukan tentang kepatuhan ritual semata, melainkan tentang sikap hati yang tulus dan tindakan nyata yang mencerminkan kasih kepada Allah dan sesama. Kornelius, dengan hidupnya yang saleh dan penuh kasih, adalah bukti nyata dari kualitas-kualitas ini. Pertemuan ini membuktikan bahwa Allah bekerja dalam hati orang-orang di luar tembok komunitas Yahudi, dan Ia merindukan mereka untuk mengenal-Nya.

Dampak dari pertemuan ini sangat luas. Setelah Petrus menyampaikan Injil, Roh Kudus turun atas Kornelius dan seluruh rumah tangganya, bahkan mereka berbicara dalam bahasa roh. Ini adalah tanda yang sama seperti yang diterima oleh orang Yahudi pada hari Pentakosta, sebuah konfirmasi ilahi bahwa Allah telah menerima bangsa-bangsa lain ke dalam keluarga-Nya. Peristiwa ini menjadi landasan bagi misi Paulus dan para rasul lainnya ke dunia bukan Yahudi, mengubah Kekristenan dari agama minoritas Yahudi menjadi gerakan keagamaan global yang mencakup segala bangsa. Kisah Rasul 10:32 adalah pengingat abadi bahwa kasih Allah itu tak terbatas dan tidak memandang latar belakang siapa pun.