"Oleh karena itu, kami sekarang semuanya siap mendengarkan apa saja yang diperintahkan Tuhan kepadamu."
Visualisasi keterbukaan dan penerimaan pesan ilahi.
Kisah Para Rasul pasal 10 mencatat sebuah momen krusial dalam penyebaran Injil. Peristiwa ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah demonstrasi nyata tentang bagaimana Tuhan melampaui batas-batas budaya, tradisi, dan prasangka manusia untuk menyatakan kebenaran-Nya. Dalam ayat 33, kita melihat respons Kornelius dan seluruh keluarganya setelah mendengar kesaksian Petrus. Respons ini adalah puncak dari serangkaian peristiwa ilahi yang dirancang untuk membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.
Sebelumnya, bangsa Yahudi memiliki pandangan yang sangat eksklusif mengenai status mereka sebagai umat pilihan Tuhan. Mereka memandang bangsa lain sebagai orang yang najis dan terpisah dari janji-janji Allah. Namun, Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih besar. Melalui penglihatan yang diberikan kepada Petrus (seekor kain besar yang turun dari langit berisi segala jenis binatang, baik halal maupun haram, dan suara yang memerintahkannya untuk menyembelih dan makan) serta visi yang diberikan kepada Kornelius (seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi, yang diperintahkan untuk mencari Petrus), Tuhan secara dramatis mendobrak dinding pemisah tersebut.
Ketika Petrus akhirnya tiba di rumah Kornelius di Kaisarea, ia disambut dengan hormat yang luar biasa. Kornelius sendiri tidak hanya menunggu, tetapi mengumpulkan sanak saudara dan sahabat-sahabatnya yang terdekat. Ini menunjukkan betapa pentingnya pesan yang akan disampaikan. Petrus, setelah mengatasi keengganan awalnya karena bertentangan dengan hukum Taurat Yahudi, kini sepenuhnya memahami bahwa "Allah tidak memandang bulu." Ia menyadari bahwa di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan bangsa lain; yang terpenting adalah orang yang takut akan Dia dan yang berbuat kebenaran.
Dalam pidatonya, Petrus menjelaskan tentang Yesus Kristus, kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan mandat-Nya untuk menjadi Hakim atas orang yang hidup dan mati. Ia menyatakan bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya akan menerima pengampunan dosa melalui nama-Nya. Ketika Petrus menyelesaikan perkataannya, itulah momen kebenaran yang diungkapkan dalam Kisah Para Rasul 10:44: "Ketika Petrus sedang berbicara demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan firman itu."
Pernyataan Kornelius dan keluarganya dalam ayat 10:33, "Oleh karena itu, kami sekarang semuanya siap mendengarkan apa saja yang diperintahkan Tuhan kepadamu," adalah ekspresi kerendahan hati, keterbukaan, dan kesiapan untuk menerima kebenaran ilahi tanpa prasangka. Mereka tidak datang dengan sikap menantang atau skeptis, melainkan dengan hati yang terbuka lebar, siap menerima Firman yang dibagikan oleh Petrus. Ini adalah teladan berharga bagi kita semua dalam menyikapi pesan Tuhan.
Kisah ini mengajarkan bahwa kebenaran ilahi tidak mengenal batas geografis, etnis, atau sosial. Tuhan ingin menjangkau semua orang. Kuncinya adalah kesiapan hati kita untuk mendengarkan, belajar, dan bertindak sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh-Nya. Ketika kita datang kepada Firman Tuhan dengan kerendahan hati dan keinginan tulus untuk memahami serta melakukan kehendak-Nya, Roh Kudus akan bekerja dalam hidup kita, membuka pemahaman kita, dan mengubah hati kita. Kisah Rasul 10:33 menjadi pengingat abadi tentang pentingnya sikap yang tepat dalam menerima pesan Tuhan, sebuah sikap yang membuka jalan bagi pembaruan dan keselamatan.