Ayat 2 Tawarikh 34:32 merupakan momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya di bawah pemerintahan Raja Yosia. Ayat ini mencatat sebuah kesepakatan besar yang dibuat oleh seluruh bangsa untuk kembali kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka. Setelah penemuan kitab hukum Taurat yang telah lama terlupakan di Bait Suci, Yosia melakukan reformasi spiritual yang mendalam. Ia tidak hanya membuang berhala dan praktek penyembahan ilah lain, tetapi juga memulihkan ibadah yang benar sesuai dengan ajaran TUHAN.
"Dan ia membuat perjanjian di hadapan TUHAN, bahwa ia akan mengikuti TUHAN dan berpegang pada perintah-perintah-Nya, kesaksian-kesaksian-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan jiwanya, untuk melakukan segala perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu." (2 Tawarikh 34:31, mengawali konteks 34:32).
Ayat 32 kemudian melanjutkannya: "Lalu Yosia menyuruh semua orang yang hadir di Yerusalem dan Benyamin untuk melakukan perjanjian itu. Maka orang-orang yang tinggal di Yerusalem bertindak sesuai dengan perjanjian Allah, Allah nenek moyang mereka."
Apa yang membuat ayat ini begitu signifikan? Pertama, ini menunjukkan kepemimpinan yang kuat dari Yosia. Ia tidak hanya memulainya sendiri, tetapi juga memastikan bahwa seluruh bangsa, termasuk yang berada di ibu kota Yerusalem dan di wilayah Benyamin yang terdekat, turut serta. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat, dari raja hingga rakyat, menjadi kunci keberhasilan reformasi ini. Perjanjian ini bukanlah sekadar ritual belaka, melainkan sebuah komitmen tulus untuk kembali kepada prinsip-prinsip ilahi yang telah lama diabaikan.
Kedua, penekanan pada "Allah nenek moyang mereka" mengingatkan kembali pada akar spiritual bangsa Israel. Ini adalah pengakuan bahwa mereka adalah keturunan dari perjanjian yang telah dibuat TUHAN dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Dengan berpegang pada perjanjian ini, mereka kembali mengukuhkan hubungan mereka dengan Sang Pencipta yang setia. Tindakan ini merupakan sebuah langkah regenerasi rohani, sebuah usaha untuk menyelaraskan kembali kehidupan mereka dengan kehendak Allah, demi kebaikan dan keberlanjutan bangsa.
Implementasi perjanjian ini terlihat dalam tindakan nyata. Rakyat Yerusalem dan Benyamin "bertindak sesuai dengan perjanjian Allah". Ini berarti mereka bukan hanya menyatakan kesetiaan, tetapi juga mengubah perilaku mereka, menolak penyembahan berhala, dan kembali beribadah kepada TUHAN. Reformasi Yosia, yang diresmikan melalui perjanjian ini, membawa periode kedamaian dan kemakmuran yang relatif bagi Yehuda, sekaligus sebuah peringatan bahwa ketaatan kepada Allah adalah fondasi yang kokoh bagi setiap bangsa dan individu. Memahami 2 Tawarikh 34:32 adalah merenungkan kembali pentingnya komitmen pribadi dan kolektif kepada prinsip-prinsip ilahi sebagai jalan menuju pemulihan dan keberkahan.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda bisa merujuk pada teks Kitab Suci lengkap di SABDA.org.