Ayat dari Kisah Para Rasul 10:42 ini merupakan inti dari pewartaan para rasul, sebuah pernyataan fundamental tentang siapa Yesus Kristus itu dan peran-Nya yang agung. Pernyataan ini diucapkan oleh Petrus dalam konteks pertemuannya dengan Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi. Pertemuan ini menjadi titik balik penting dalam sejarah gereja, membuka pintu Injil bagi bangsa-bangsa non-Yahudi.
Petrus, yang pada awalnya memiliki prasangka terhadap orang-orang non-Yahudi, diberikan penglihatan ilahi yang mengubah pandangannya. Melalui penglihatan itu, ia belajar bahwa tidak ada seorang pun yang dianggap najis oleh Allah. Perintah Kristus untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa menjadi semakin jelas. Ketika ia tiba di rumah Kornelius dan mulai berbicara, ia menyampaikan kebenaran sentral tentang Yesus.
Menekankan bahwa Yesus telah "ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang yang hidup dan yang mati" adalah sebuah klaim otoritas tertinggi. Ini bukan sekadar perkataan manusia, melainkan pengumuman resmi tentang posisi Kristus dalam rencana ilahi. Sebagai Hakim, Yesus memiliki kekuasaan mutlak untuk mengevaluasi setiap kehidupan, setiap tindakan, dan setiap niat. Ini berarti bahwa setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya.
Pesan ini memiliki implikasi yang mendalam. Bagi para pendengar awal, termasuk Kornelius dan keluarganya, ini adalah panggilan untuk menerima Yesus bukan hanya sebagai penyelamat, tetapi juga sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan mereka. Bagi gereja sepanjang zaman, ini adalah pengingat akan tanggung jawab untuk mewartakan siapa Yesus itu sebenarnya. Kita dipanggil untuk tidak hanya membagikan kasih dan pengampunan-Nya, tetapi juga kebenaran-Nya yang tak terbantahkan tentang penghakiman.
Kisah rasul 10:42 menggarisbawahi sentralitas Yesus dalam segala hal. Ia bukan hanya figur sejarah atau teladan moral, melainkan Dia yang diberikan kuasa oleh Bapa untuk memerintah dan menghakimi. Ini menuntut respons yang serius dari setiap orang yang mendengar tentang Dia. Penerimaan atas otoritas-Nya berarti hidup sesuai dengan ajaran-Nya dan mengakui peran-Nya dalam nasib kekal setiap jiwa. Pesan ini tetap relevan, mengundang kita untuk merenungkan hubungan kita dengan Sang Hakim dan menerima kasih karunia-Nya melalui iman.