"Dan orang-orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus merasa heran, sebab karunia Roh Kudus tertuang juga atas bangsa-bangsa lain, karena mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah."
Ayat yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 10:45 adalah momen yang sangat penting dan transformatif dalam sejarah awal gereja. Peristiwa ini menandai sebuah titik balik krusial yang menegaskan bahwa anugerah keselamatan dan karunia Roh Kudus tidak lagi terbatas hanya bagi orang Yahudi (golongan bersunat), tetapi juga terbuka lebar bagi bangsa-bangsa lain, yaitu orang-orang bukan Yahudi. Kejadian ini terjadi ketika Rasul Petrus, yang awalnya memiliki pandangan yang sangat terikat pada tradisi Yahudi, diutus Tuhan untuk pergi ke rumah Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh namun bukan Yahudi.
Sebelum kedatangan Petrus, Tuhan telah mempersiapkan Kornelius melalui sebuah penglihatan. Begitu pula, Tuhan telah mempersiapkan Petrus melalui penglihatan yang sama sekali berbeda, yang secara radikal mengubah pemahamannya tentang hukum najis dan halal dalam kaitannya dengan orang bukan Yahudi. Penglihatan ini mengajarkan Petrus bahwa apa yang telah disucikan oleh Allah, tidak boleh ia sebut najis. Pertemuan yang diatur oleh Tuhan ini kemudian berlanjut pada pewartaan Injil oleh Petrus di hadapan Kornelius dan seluruh keluarganya, serta kerabat dan sahabatnya.
Saat Petrus masih berbicara, terjadilah hal yang luar biasa. Roh Kudus turun ke atas mereka yang mendengarkan pemberitaan Injil itu. Hal ini terlihat nyata dari berbagai tanda, salah satunya adalah kemampuan mereka untuk berbicara dalam berbagai bahasa roh dan memuliakan Allah. Kemunculan Roh Kudus ini begitu kuat dan jelas, sehingga orang-orang percaya dari kalangan Yahudi yang menyertai Petrus, yang semula ragu dan heran, akhirnya terkesan dan mengakui karya Allah. Mereka terperangah menyaksikan bahwa karunia ilahi yang sama, yaitu Roh Kudus, yang sebelumnya mereka terima, kini juga dicurahkan secara melimpah kepada orang-orang yang bukan dari keturunan Israel.
Kisah Rasul 10:45 bukan sekadar catatan peristiwa sejarah, melainkan sebuah pengajaran teologis yang mendalam. Ia membuktikan bahwa rencana keselamatan Allah bersifat universal. Tidak ada batas bangsa, suku, atau status sosial yang dapat menghalangi seseorang untuk menerima anugerah penebusan Kristus jika ia beriman. Kehadiran Roh Kudus yang memberikan karunia berbahasa roh menjadi bukti nyata dan tak terbantahkan bahwa Allah menerima bangsa-bangsa lain ke dalam umat-Nya. Kejadian ini menjadi fondasi penting bagi perluasan Injil ke seluruh dunia, menghancurkan tembok pemisah antara Yahudi dan bukan Yahudi, serta menegaskan bahwa gereja adalah satu tubuh Kristus yang terdiri dari semua orang yang percaya, tanpa terkecuali. Pengalaman ini secara fundamental mengubah paradigma Petrus dan gereja mula-mula, membuka pintu bagi misi penginjilan yang lebih luas dan inklusif.