Kisah Rasul 10:6

"Ia berkata kepadanya: 'Doamu dan sedekahmu telah sampai kepada Allah dan diingat-Nya."

🙏 💖 🕊️

Simbol doa, kasih, dan pesan ilahi.

Kisah Rasul 10:6 membawa kita pada momen penting dalam sejarah gereja mula-mula. Ayat ini secara spesifik menunjuk pada Kornelius, seorang perwira Romawi yang berkedudukan di Kaisarea. Berbeda dengan kebanyakan orang sebangsanya yang pada masa itu seringkali memandang rendah atau bahkan memusuhi bangsa Yahudi dan agama mereka, Kornelius justru menunjukkan sikap yang luar biasa. Ia adalah seorang yang saleh, takut akan Allah, sama seperti seluruh rumah tangganya. Sikap ini bukan sekadar formalitas, melainkan tercermin dalam tindakan nyata.

Kornelius dikenal karena rajin berdoa dan memberikan sedekah kepada orang-orang miskin. Perbuatan baiknya ini bukanlah sesuatu yang ia lakukan semata-mata untuk mencari pujian atau pengakuan manusia. Sebaliknya, ia melakukannya dengan hati yang tulus, didorong oleh kerinduan yang mendalam untuk mengenal Allah yang lebih baik. Doa dan sedekahnya bukan hanya ritual, melainkan ungkapan iman dan ketaatannya kepada Tuhan. Alkitab mencatat bahwa perbuatan-perbuatannya ini telah "sampai kepada Allah dan diingat-Nya." Ini adalah pernyataan yang kuat tentang bagaimana Tuhan memperhatikan dan menghargai setiap tindakan kebaikan dan ketulusan yang dilakukan oleh umat-Nya.

Kisah Kornelius menjadi titik balik yang signifikan. Melalui penglihatan yang diberikan kepada Petrus di Yope dan penglihatan yang diterima oleh Kornelius di Kaisarea, Allah mulai membuka jalan agar Injil Kristus tidak hanya tersebar di kalangan orang Yahudi, tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain, yaitu orang-orang bukan Yahudi. Perintah untuk mengabarkan Injil yang mulanya ditujukan kepada "semua bangsa" mulai diwujudkan secara nyata di sini. Kornelius, seorang bukan Yahudi, menjadi orang bukan Yahudi pertama yang secara resmi menerima kabar keselamatan melalui Petrus, yang sebelumnya memiliki prasangka terhadap orang bukan Yahudi.

Ayat ini menegaskan bahwa Tuhan melihat hati. Meskipun Kornelius bukanlah seorang Yahudi, ia memiliki hati yang mau belajar, takut akan Tuhan, dan gemar berbuat baik. Ketulusan dalam doa dan kemurahan hatinya dalam memberi sedekah adalah bukti dari iman yang hidup. Tuhan tidak membatasi anugerah-Nya hanya pada satu kelompok orang. Sebaliknya, Ia membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang mencari-Nya dengan tulus dan hidup dalam ketaatan. Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya kerendahan hati, kasih sayang kepada sesama, dan kesetiaan dalam berdoa, karena semua itu tidak luput dari perhatian Tuhan dan dapat menjadi awal dari sebuah perubahan besar. Perbuatan baik Kornelius menjadi jembatan yang menghubungkannya dengan kebenaran ilahi, yang akhirnya membawanya dan seluruh rumah tangganya kepada penerimaan Injil dan pencurahan Roh Kudus.