Ilustrasi Penyebaran Kabar Baik
Ayat pembuka dari pasal kesebelas Kisah Para Rasul ini menandai sebuah titik balik penting dalam narasi kitab suci tersebut. Kita diperkenalkan dengan sebuah peristiwa yang mengguncang pemahaman lama para pengikut Kristus yang awalnya berasal dari kalangan Yahudi. Kabar yang sampai ke Yerusalem bukanlah sekadar informasi biasa, melainkan sebuah realitas baru yang menantang tradisi dan prasangka yang telah mengakar selama berabad-abad. Kata "dengar" sendiri menyiratkan sebuah panggilan untuk perhatian, sebuah penekanan bahwa apa yang akan diungkapkan adalah sesuatu yang luar biasa dan mungkin mengejutkan.
Pesan yang terdengar adalah bahwa "orang-orang yang tidak bersunat" – merujuk pada bangsa-bangsa non-Yahudi – telah menerima "Firman Allah." Ini adalah inti dari revolusi yang dibawa oleh Injil. Selama ini, Injil atau Kabar Baik tentang Yesus Kristus dipahami secara eksklusif oleh komunitas Yahudi. Para rasul, termasuk Petrus, awalnya berfokus pada penyebaran pesan ini di antara sesama orang Yahudi, percaya bahwa keselamatan adalah milik umat pilihan. Namun, kejadian yang digambarkan dalam Kisah Rasul 10, di mana Petrus mengunjungi Kornelius, seorang perwira Romawi yang tidak bersunat, dan menyaksikan Roh Kudus turun atasnya dan keluarganya, mengubah segalanya.
Kisah Rasul 11:1 mencatat respons dari komunitas Kristen di Yerusalem ketika kabar ini sampai kepada mereka. Reaksi awal mereka mungkin penuh dengan pertanyaan, keraguan, bahkan mungkin penolakan. Konsep bahwa orang non-Yahudi bisa menjadi bagian dari umat Allah tanpa harus terlebih dahulu mengikuti hukum Taurat Yahudi, seperti sunat, adalah pemikiran yang sangat radikal. Ini menimbulkan tantangan teologis yang mendalam: Apakah keselamatan benar-benar terbuka untuk semua orang, tanpa memandang latar belakang etnis atau kebangsaan mereka? Apakah iman kepada Yesus Kristus saja sudah cukup?
Penting untuk memahami konteks budaya dan keagamaan pada masa itu. Sunat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat Israel. Melanggarnya dianggap sebagai bentuk pemberontakan terhadap tradisi ilahi. Oleh karena itu, penerimaan orang non-Yahudi ke dalam komunitas iman tanpa melalui proses sunat menunjukkan intervensi ilahi yang jelas dan tak terbantahkan. Roh Kuduslah yang membukakan jalan ini, membuktikan bahwa Allah tidak memandang muka, melainkan menghendaki semua orang diselamatkan.
Peristiwa ini menjadi fondasi bagi misi Paulus dan rasul-rasul lainnya kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Kisah Rasul 11:1 bukan hanya sekadar pemberitaan fakta, tetapi merupakan pengumuman tentang perluasan Kerajaan Allah yang melampaui batas-batas etnis dan budaya. Ini adalah awal dari pemenuhan janji Allah yang lebih besar, bahwa melalui keturunan Abraham, semua bangsa di bumi akan diberkati. Artikel ini akan menjelajahi implikasi mendalam dari kenyataan bahwa Firman Allah kini menjangkau seluruh dunia, membuka pintu keselamatan bagi setiap orang yang percaya, terlepas dari siapa mereka atau dari mana mereka berasal. Ini adalah inti dari berita sukacita yang terus bergema hingga kini.