Kisah Para Rasul 11:3 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah awal Kekristenan, yaitu ketika Rasul Petrus menghadapi teguran dari sesama orang percaya di Yerusalem. Peristiwa ini berakar pada pengalaman Petrus di Kaisarea, di mana ia diundang oleh Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh tetapi bukan Yahudi. Dalam tradisi Yahudi pada masa itu, kontak dengan orang bukan Yahudi dianggap najis, apalagi berbagi makanan dengan mereka. Namun, Tuhan telah memberikan penglihatan kepada Petrus yang menandakan bahwa tidak ada seorang pun yang boleh dianggap najis oleh Tuhan.
Petrus kemudian pergi ke rumah Kornelius dan memberitakan Injil kepada seluruh keluarganya. Yang mengejutkan, Roh Kudus turun atas mereka, sama seperti atas orang percaya Yahudi pada hari Pentakosta. Ini adalah bukti nyata dari kehendak Tuhan bahwa keselamatan juga tersedia bagi bangsa-bangsa lain, bukan hanya bagi orang Yahudi. Petrus bahkan membaptis Kornelius dan orang-orang di rumahnya. Pengalaman ini sungguh mengubah pandangan Petrus tentang batasan-batasan kemanusiaan yang telah lama dipegang teguh oleh umat Israel.
Namun, ketika Petrus kembali ke Yerusalem, para pengikut sunat, yaitu mereka yang masih memegang teguh tradisi Yahudi, mempersalahkan Petrus. Ayat 3 berbunyi, "Ketika engkau masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama mereka, engkau makan bersama mereka." Tuduhan ini menunjukkan adanya kesalahpahaman dan resistensi terhadap gagasan bahwa orang bukan Yahudi dapat diterima ke dalam komunitas orang percaya tanpa harus mengikuti hukum Taurat Yahudi, terutama dalam hal makanan dan pergaulan.
Petrus tidak tinggal diam. Ia kemudian menjelaskan seluruh pengalamannya secara rinci kepada mereka. Ia menceritakan tentang penglihatan yang diberikan Tuhan, pesan dari Roh Kudus yang menyertainya, dan bagaimana Roh Kudus bekerja pada orang-orang bukan Yahudi sama seperti pada orang Yahudi. Petrus menekankan bahwa ia tidak bertindak atas inisiatifnya sendiri, melainkan dipimpin oleh Roh Kudus. Argumentasi Petrus sangat kuat dan didukung oleh bukti manifestasi ilahi yang jelas.
Akhirnya, para rasul dan saudara-saudara di Yerusalem mendengarkan penjelasan Petrus dengan saksama. Setelah mendengar kesaksiannya, mereka berhenti mempersalahkan Petrus dan malah memuliakan Allah, sambil berkata, "Jika demikian, Allah telah menganugerahkan pertobatan yang membuahkan hidup juga kepada bangsa-bangsa lain." Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam perluasan Injil, membuka jalan bagi penginjilan kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi dan menegaskan bahwa iman kepada Yesus Kristus adalah dasar utama keselamatan, melampaui batas-batas etnis dan tradisi. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya membuka hati terhadap kehendak Tuhan yang terkadang melampaui pemahaman dan tradisi kita, serta pentingnya dialog yang jujur dalam menghadapi perbedaan pandangan dalam komunitas iman.