Kisah Para Rasul 11:5

"Aku sedang berdoa di kota Yope dan dalam suatu penglihatan aku melihat sesuatu yang turun, seolah-olah kainlenan besar yang diangkat dari keempat sudutnya ke langit." (Kisah Para Rasul 11:5)
Ilustrasi penglihatan Petrus tentang kain lenan turun dari langit. Sebuah penglihatan ajaib

Ayat Kisah Para Rasul 11:5 membawa kita pada momen krusial dalam kehidupan Rasul Petrus, seorang saksi mata langsung dari peristiwa-peristiwa yang membentuk awal mula Gereja Kristen. Penglihatan ini terjadi ketika Petrus berada di Yope, sebuah kota pelabuhan di pesisir Laut Tengah, sebuah tempat yang memiliki makna historis dalam Perjanjian Lama, terkait dengan kisah Yunus. Di tengah kesibukannya berdoa, Petrus mengalami sebuah pengalaman spiritual yang luar biasa, yang dirancang untuk memperluas pemahamannya tentang kehendak Allah.

Deskripsi "kain lenan besar yang diangkat dari keempat sudutnya ke langit" bukanlah sekadar gambaran visual, melainkan sebuah simbol yang kuat. Kain lenan dalam tradisi Yahudi sering kali diasosiasikan dengan kesucian dan pakaian orang mati. Namun, dalam konteks penglihatan ini, kain tersebut berisi berbagai macam hewan, baik yang halal maupun yang haram menurut hukum Taurat. Allah menggunakan simbolisme ini untuk menyampaikan pesan yang revolusioner kepada Petrus, dan melalui dia, kepada seluruh gereja mula-mula.

Pada masa itu, pemisahan antara orang Yahudi dan bangsa lain (non-Yahudi) sangatlah tegas. Hukum Taurat yang mengatur tentang makanan memelihara tembok pemisah ini, yang bahkan menyentuh hubungan sosial dan spiritual. Orang Yahudi tidak diizinkan untuk makan bersama atau bahkan memasuki rumah orang yang bukan Yahudi, terutama jika mereka tidak mengikuti hukum Taurat. Penglihatan ini secara dramatis menantang pemahaman Petrus dan orang Yahudi pada umumnya mengenai siapa saja yang layak diterima di hadapan Allah.

Allah ingin menunjukkan kepada Petrus bahwa keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus bukanlah untuk satu kelompok bangsa saja, tetapi untuk semua orang yang percaya kepada-Nya, tanpa memandang latar belakang etnis atau sosial mereka. Kata-kata yang menyertai penglihatan itu, "Apa yang telah disucikan Allah, janganlah engkau sebut najis," adalah inti dari pesan ilahi tersebut. Ini adalah panggilan kepada Petrus untuk membuka hati dan pikirannya terhadap kemungkinan baru yang ditawarkan oleh Injil: persatuan antara orang Yahudi dan non-Yahudi di dalam Kristus.

Kisah ini menjadi sangat penting karena pada akhirnya penglihatan inilah yang mendorong Petrus untuk pergi ke Kaisarea dan memberitakan Injil kepada Kornelius, seorang perwira Romawi yang saleh. Kunjungan dan pelayanan Petrus kepada Kornelius dan rumah tangganya tercatat dalam pasal-pasal berikutnya, yang merupakan momen pertama kalinya Injil secara resmi diterima oleh orang non-Yahudi. Pengalaman Petrus di Yope adalah fondasi teologis yang memungkinkan perluasan Gereja ke seluruh dunia, melampaui batas-batas bangsa Israel.

Penglihatan di Yope ini menjadi bukti bagaimana Allah terus menerus mendidik umat-Nya, menantang prasangka yang ada, dan memperluas visi mereka agar sesuai dengan rencana keselamatan-Nya yang universal. Ini adalah pengingat yang berharga bagi kita semua bahwa kasih Allah tidak terbatas dan pintu keselamatan terbuka bagi siapa saja yang berseru kepada-Nya.