"Hai penuh dengan segala tipu muslihat dan kejahatan, hai anak Iblis, musuh segala kebenaran, tidak dapatkah engkau menghentikan segala jalan Tuhan yang lurus?"
Ayat dari Kisah Para Rasul 13:10 ini tersimpan dalam sebuah momen krusial dalam pelayanan Barnabas dan Paulus, khususnya saat mereka berada di Pafos, Siprus. Peristiwa ini menggambarkan benturan keras antara kebenaran ilahi yang dibawa oleh para rasul dengan kekuatan kegelapan yang berusaha menghalanginya. Dalam konteks ini, kita diajak untuk merenungkan sifat kejahatan, keberanian para pelayan Tuhan, dan keteguhan iman di hadapan rintangan.
Di Pafos, Barnabas dan Paulus bertemu dengan seorang pemazmur Yahudi bernama Elymas, yang memiliki pengaruh kuat di kalangan pejabat Romawi, khususnya gubernur Sergius Paulus. Namun, Elymas bukanlah sekadar seorang pemazmur; ia digambarkan sebagai seseorang yang "penuh dengan segala tipu muslihat dan kejahatan," seorang yang "anak Iblis" dan "musuh segala kebenaran." Ia berusaha keras menghalangi gubernur agar tidak mendengarkan dan menerima ajaran tentang Kristus yang disampaikan oleh Paulus. Tindakannya ini merupakan manifestasi dari perlawanan terhadap kebenaran ilahi yang otentik.
Sergius Paulus, sang gubernur, adalah seorang yang cerdas dan bijaksana. Ia mengundang Barnabas dan Paulus untuk mendengar firman Tuhan. Di sinilah Elymas, karena iri hati dan ketakutan akan kehilangan pengaruhnya, melakukan intervensi. Ia "menentang mereka dan berusaha menyesatkan gubernur itu" (Kisah Para Rasul 13:8).
Menghadapi perlawanan yang begitu terang-terangan dan penuh kebencian dari Elymas, Paulus, yang dipenuhi Roh Kudus, tidak tinggal diam. Dengan keberanian yang luar biasa, Paulus menatap Elymas dan melontarkan perkataan yang tajam namun penuh otoritas ilahi. Ayat 10 dari pasal 13 Kisah Para Rasul ini adalah puncak dari teguran Paulus kepada Elymas. Kata-kata ini bukan sekadar amarah manusia, melainkan pernyataan kebenaran yang menguak kedok kejahatan. Paulus secara gamblang menyatakan identitas spiritual Elymas: seorang penipu, penuh kejahatan, anak iblis, dan musuh kebenaran. Pertanyaan retoris Paulus, "tidak dapatkah engkau menghentikan segala jalan Tuhan yang lurus?" menyoroti kesia-siaan perlawanan terhadap rencana dan kuasa Tuhan.
Tindakan Paulus tidak berhenti pada perkataan. Segera setelah itu, Paulus mengulurkan tangan kepada Elymas dan mengutuknya mengalami kebutaan sementara. Kebutaan fisik yang menimpa Elymas menjadi cerminan dari kebutaan rohaninya. Ironisnya, melalui hukuman ini, mata Elymas secara rohani justru dibuka. Setelah Elymas menjadi buta, Sergius Paulus, yang menyaksikan peristiwa itu dan merasakan dampak dahsyat dari kuasa Tuhan, "kagum oleh ajaran Tuhan" dan menjadi percaya.
Kisah rasul 13:10 ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, kebenaran yang dibawa oleh Tuhan seringkali akan menghadapi penolakan dan perlawanan dari kekuatan gelap dan manusia yang terikat oleh kejahatan. Kedua, para pelayan Tuhan dipanggil untuk berbicara kebenaran dengan berani, bahkan dalam menghadapi permusuhan. Ketiga, kuasa Tuhan jauh lebih besar daripada tipu muslihat iblis. Kebutaan rohani dapat ditaklukkan oleh terang kebenaran ilahi, dan hati yang tertutup dapat dibuka untuk menerima keselamatan. Kisah ini menginspirasi kita untuk tidak takut dalam menyatakan dan membela kebenaran, karena pada akhirnya, "jalan Tuhan yang lurus" tidak akan pernah bisa dihentikan oleh siapapun.