Ayat dari Kitab Kisah Para Rasul 13:20 ini merupakan penggalan penting yang merangkum bagian dari sejarah panjang bangsa Israel, khususnya periode setelah pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir. Ayat ini memberikan gambaran singkat mengenai tahapan kepemimpinan yang diberikan Allah kepada umat-Nya, mulai dari masa hakim-hakim hingga masa kerajaan.
Setelah keluar dari tanah Mesir dan mengalami banyak mujizat serta ujian di padang gurun, bangsa Israel tidak langsung memiliki sistem pemerintahan yang tetap. Allah, dalam kedaulatan-Nya, menunjuk para pemimpin yang disebut hakim. Para hakim ini bukan sekadar penguasa, melainkan juga penyelamat dan pemimpin militer yang bangkit pada masa-masa genting ketika bangsa Israel menghadapi ancaman dari musuh-musuh mereka. Tokoh-tokoh seperti Gideon, Simson, dan Debora adalah contoh hakim-hakim yang melayani di bawah bimbingan Allah.
Periode hakim-hakim ini berlangsung cukup lama, di mana Allah terus menerus campur tangan dalam kehidupan bangsa Israel, menunjukkan kesetiaan-Nya meskipun umat-Nya seringkali jatuh dalam dosa dan penyembahan berhala. Namun, seiring berjalannya waktu, bangsa Israel mulai melihat sistem kepemimpinan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Mereka melihat raja-raja yang memimpin negara-negara lain, dan akhirnya, timbullah kerinduan di hati mereka untuk memiliki seorang raja. Keinginan ini pada dasarnya adalah penolakan terhadap cara Allah memimpin mereka.
Meskipun keinginan ini tidak berkenan di hati Allah, Dia tetap mengabulkannya. Ayat ini menyebutkan bahwa Allah memberikan Saul bin Kish, seorang dari suku Benyamin. Pemilihan Saul ini bukanlah suatu kebetulan, melainkan bagian dari rencana ilahi yang lebih besar. Suku Benyamin adalah suku terkecil, dan Saul sendiri digambarkan sebagai orang yang gagah perkasa dan tampan. Allah memberikan Saul kekuasaan selama empat puluh tahun lamanya, sebuah periode yang cukup signifikan dalam sejarah bangsa Israel. Ini menunjukkan bahwa Allah, sekalipun mengabulkan permintaan manusia yang mungkin tidak sejalan dengan kehendak-Nya yang sempurna, tetap memegang kendali atas sejarah dan menggunakan segala sesuatu untuk mencapai tujuan akhir-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat atas segala waktu dan peristiwa. Dia memberikan kepemimpinan, baik itu melalui hakim, nabi, maupun raja, selalu dengan tujuan untuk memelihara umat-Nya dan menggenapi janji-janji-Nya. Periode empat puluh tahun kepemimpinan Saul ini, meskipun pada akhirnya berakhir tragis, tetap menjadi bagian integral dari narasi besar kasih dan pemeliharaan Allah bagi bangsa Israel, yang pada akhirnya akan membawa kepada kedatangan Mesias, Yesus Kristus.
Memahami kisah rasul rasul 13 20 ini memberikan perspektif yang kaya tentang bagaimana Allah bekerja melalui sejarah manusia. Ia tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan ketika mereka membuat kesalahan atau mengikuti keinginan mereka sendiri. Sebaliknya, Allah terus mengarahkan langkah mereka, membimbing mereka menuju keselamatan yang dijanjikan. Janji Allah ini terus bergema sepanjang sejarah, dan ayat ini mengingatkan kita akan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.