Kisah Rasul 13:24 - Yohanes Pembaptis

"Dan ketika Yohanes telah menyelesaikan tugasnya, ia berkata, 'Aku ini bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia datang kemudian daripada aku. Kakiku pun tidak layak membuka tali kasut-Nya.'"

Simbol Air dan Tangan Y P

Kisah Para Rasul pasal 13 mengisahkan perjalanan misi Paulus dan Barnabas. Di tengah rentetan peristiwa penting, terdapat kutipan yang menyoroti peran krusial Yohanes Pembaptis, seperti yang tercatat dalam ayat ke-24. Ayat ini bukan sekadar pernyataan sederhana, melainkan sebuah pengakuan kerendahan hati dan penunjuk arah yang fundamental mengenai siapa yang sesungguhnya dinanti-nantikan.

Yohanes Pembaptis dikenal sebagai nabi terakhir dari Perjanjian Lama, seorang juru bicara ilahi yang muncul dari padang gurun. Ia diutus untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias. Panggilan dan pelayanannya sangatlah unik. Ia hidup sederhana, mengenakan pakaian dari bulu unta dan makan belalang serta madu hutan. Suaranya bergema di padang gurun Yudea, menyerukan pertobatan dan membaptis orang banyak di Sungai Yordan.

Kata-kata Yohanes dalam Kisah Rasul 13:24, "Aku ini bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia datang kemudian daripada aku. Kakiku pun tidak layak membuka tali kasut-Nya," menunjukkan dengan jelas bahwa ia adalah seorang pelayan, bukan pribadi yang diagungkan itu sendiri. Fokusnya senantiasa tertuju pada sosok yang akan datang sesudahnya, yaitu Yesus Kristus. Ia menyadari kedudukannya yang jauh di bawah Mesias. Pengakuan ini bukan hanya soal posisi, tetapi juga soal misi. Misi Yohanes adalah mengarahkan perhatian orang kepada Sang Juruselamat.

Kisah para pendengar Yohanes dan Yesus sendiri seringkali dipenuhi dengan kebingungan. Banyak yang terpukau oleh karisma dan ajaran Yohanes, bahkan ada yang berpikir dialah Mesias yang dijanjikan. Namun, Yohanes dengan tegas menepis anggapan tersebut. Ia memahami bahwa kedatangannya hanyalah prelude, sebuah pendahuluan yang spektakuler untuk babak utama yang akan segera dimulai. Penekanan pada "Ia datang kemudian daripada aku" adalah janji yang telah lama dinubuatkan, dan Yohanes adalah saksi hidup yang memenuhinya.

Lebih jauh lagi, ungkapan "Kakiku pun tidak layak membuka tali kasut-Nya" adalah ekspresi kerendahan hati yang paling mendalam. Di budaya Yahudi saat itu, melepaskan tali kasut seorang rabi atau tuan dianggap sebagai tugas seorang hamba rendah atau budak. Yohanes, dengan menyatakan dirinya tidak layak bahkan untuk tugas sekecil itu, menegaskan betapa agungnya pribadi Yesus. Ini menunjukkan bahwa ia siap melayani, tetapi menyadari bahwa ia hanyalah seorang hamba di hadapan Sang Raja.

Kisah Rasul 13:24 mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan ketulusan dalam melayani. Yohanes Pembaptis menjadi teladan abadi dalam hal ini. Ia tidak mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri, melainkan mengarahkan semua mata kepada Kristus. Pelayanannya yang setia, meskipun singkat, memiliki dampak monumental, mempersiapkan hati banyak orang untuk menyambut kabar baik Kerajaan Allah. Kisahnya terus menjadi inspirasi, mengajarkan kita untuk tidak terbuai oleh pujian atau kedudukan, melainkan senantiasa menunjuk kepada Sumber segala kebaikan dan keselamatan.