"Tetapi ketika orang-orang Yahudi melihat orang banyak itu, mereka penuhi diri dengan iri hati dan mulai menyesalasi apa yang dikatakan Paulus sambil membantah perkataan-perkataan itu."
Kisah para rasul adalah catatan luar biasa tentang bagaimana Injil menyebar ke seluruh dunia kuno. Salah satu momen krusial dalam narasi ini adalah ketika Paulus dan Barnabas memberitakan Firman Tuhan kepada orang-orang di Antiokhia di Pisidia. Di sana, mereka menghadapi berbagai reaksi: penerimaan yang antusias dari banyak orang, namun juga penolakan yang keras dari sebagian pihak.
Ayat Kisah Rasul 13:45 menggambarkan puncak dari penolakan ini. Ketika orang-orang Yahudi melihat banyaknya orang yang merespon positif terhadap pesan Paulus, mereka diliputi oleh rasa iri hati. Iri hati ini bukanlah sekadar perasaan tidak suka biasa, melainkan sebuah emosi yang mengakar kuat, menggerogoti hati mereka, dan mendorong mereka untuk bertindak. Mereka mulai menentang perkataan yang disampaikan oleh Paulus, menggunakan berbagai argumen dan bantahan untuk mencoba meredam pengaruh Injil.
Reaksi ini menunjukkan adanya perpecahan yang mendalam dalam komunitas. Di satu sisi, ada kerinduan untuk mendengar dan menerima kebenaran baru yang ditawarkan, yang membawa harapan dan pemulihan. Di sisi lain, ada ketakutan dan ketidakpuasan terhadap perubahan yang dibawa oleh Injil, yang menantang status quo dan pandangan dunia lama mereka. Iri hati membuat mereka tidak mampu melihat kebenaran, bahkan ketika kebenaran itu tersaji di hadapan mereka.
Penting untuk merenungkan apa yang terkandung dalam ayat ini. Iri hati dapat menjadi penghalang terbesar bagi pertumbuhan spiritual dan penerimaan kebenaran. Ketika hati dipenuhi dengan perbandingan, kecemburuan, dan keinginan untuk mempertahankan posisi atau kebanggaan diri, mata rohani menjadi tumpul. Mereka yang iri hati justru merasa terancam oleh kabar baik yang membawa sukacita bagi orang lain. Perkataan-perkataan Paulus yang seharusnya menjadi sumber kehidupan justru dianggap sebagai serangan, dan mereka meresponnya dengan bantahan yang penuh kepahitan.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kabar baik tidak selalu disambut dengan tangan terbuka. Akan selalu ada tantangan, penolakan, dan bahkan permusuhan. Namun, di tengah segala tantangan, semangat para rasul untuk terus bersaksi tidak pernah padam. Mereka terus mengabarkan pesan penebusan, meskipun menghadapi kesulitan. Reaksi negatif dari sebagian orang Yahudi di Antiokhia tidak menghentikan penyebaran Injil. Justru, ini memperlihatkan bahwa pemberitaan Firman Tuhan memiliki dampak yang signifikan, mampu membangkitkan reaksi yang kuat, baik positif maupun negatif.
Kisah Rasul 13:45 adalah pengingat yang kuat akan perjuangan yang dihadapi gereja mula-mula. Ini adalah gambaran tentang konflik antara kebenaran ilahi dan ketidakpercayaan manusia yang didorong oleh emosi negatif. Namun, ini juga merupakan kesaksian tentang ketekunan para pelayan Tuhan yang tetap teguh dalam membawa pesan harapan ke dunia, bahkan ketika menghadapi penolakan yang paling keras sekalipun. Pesan Injil terus bersemi, melampaui segala rintangan yang menghadang.