Kisah Rasul 13:8 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam perjalanan misi Paulus dan Barnabas. Dalam upaya mereka untuk menyebarkan kabar baik, mereka tiba di Siprus dan kemudian melanjutkan ke kota Pafos. Di sana, mereka bertemu dengan Sergius Paulus, seorang prokonsul Romawi yang bijaksana dan berkeinginan untuk mendengarkan firman Tuhan. Namun, kedatangan mereka tidak disambut baik oleh semua orang.
Salah satu tokoh yang menentang mereka adalah Elimas, seorang ahli sihir yang memiliki pengaruh besar di kalangan pejabat Romawi. Nama "Elimas" sendiri memiliki arti "ahli sihir", dan namanya telah diterjemahkan seperti itu dalam Kitab Suci untuk menekankan pekerjaannya. Elimas tidak hanya sekadar skeptis; ia secara aktif berusaha untuk menghalangi Sergius Paulus agar tidak percaya kepada ajaran Paulus dan Barnabas. Ia melihat ajaran mereka sebagai ancaman terhadap posisinya dan kekuasaannya.
Perlawanan Elimas ini mencerminkan konflik abadi antara kebenaran ilahi dan kekuatan kegelapan serta kepalsuan. Elimas, dengan ilmunya yang tampaknya kuat, mencoba menggunakan pengetahuannya untuk menyesatkan orang lain. Tindakannya ini bukanlah semata-mata perbedaan pendapat, melainkan sebuah perlawanan terang-terangan terhadap kuasa Allah yang bekerja melalui hamba-hamba-Nya.
Paulus, yang pada saat itu masih dikenal sebagai Saulus, dengan penuh keberanian dan kuasa Roh Kudus, tidak gentar menghadapi Elimas. Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita akan melihat bagaimana Paulus menatap Elimas dan menyebutnya sebagai "penuh dengan segala tipu muslihat dan kejahatan, anak Iblis dan musuh segala kebenaran." Pernyataan ini menunjukkan betapa dalamnya kejahatan yang menguasai hati Elimas.
Sebagai respons terhadap penolakan dan usaha penyesatan Elimas, Paulus bertindak tegas. Dia mengulurkan tangan kepada Elimas dan menyatakan bahwa tangan Tuhan akan menimpa Elimas, menjadikannya buta untuk sementara waktu. Dan seketika itu juga, kegelapan dan kebutaan menimpa Elimas. Ia tidak dapat melihat jalan di depannya, dan ia membutuhkan seseorang untuk menuntunnya. Peristiwa ini merupakan demonstrasi kuasa ilahi yang luar biasa, yang membedakan kebenaran dari kepalsuan.
Kebutaan Elimas bukanlah hukuman tanpa tujuan. Itu adalah sebuah tanda yang jelas bagi Sergius Paulus dan orang-orang di sekitarnya tentang siapa yang memiliki kuasa sejati. Ketika Elimas menjadi buta, Sergius Paulus melihat peristiwa itu dan terheran-heran akan ajaran Tuhan. Ia kemudian menjadi orang yang percaya, mengimani apa yang telah diajarkan oleh Paulus.
Kisah Rasul 13:8 dan kelanjutannya mengajarkan kita tentang keberanian dalam menghadapi penolakan, kuasa kebenaran Allah yang dapat membongkar kepalsuan, dan bagaimana Allah dapat menggunakan situasi yang tampaknya negatif untuk mendatangkan kebaikan dan keselamatan bagi jiwa-jiwa yang mencari Dia. Elimas yang buta menjadi pengingat bahwa kekuatan manusia yang berpusat pada diri sendiri pada akhirnya akan kalah di hadapan kuasa ilahi yang bertindak untuk kemuliaan-Nya.