"Mereka segera melarikan diri ke kota-kota di Likaonia, yaitu ke Listra dan Derbe, dan daerah sekitarnya."
Kisah Para Rasul pasal 14 mencatat perjalanan misi Barnabas dan Paulus yang penuh dengan tantangan dan mukjizat. Di tengah upaya mereka menyebarkan Injil, seringkali mereka menghadapi penolakan bahkan ancaman kekerasan. Ayat keenam dari pasal ini mengisahkan salah satu momen krusial ketika mereka terpaksa mengungsi demi keselamatan diri.
Setelah melakukan pelayanan di Antiokhia dan Ikonium, yang menghasilkan pembentukan jemaat dan penyebaran berita baik, Paulus dan Barnabas menemui perpecahan yang signifikan. Sebagian orang Yahudi yang tidak percaya, dipenuhi kecemburuan, menghasut orang-orang bukan Yahudi dan menggerakkan para penguasa kota untuk melakukan kekerasan terhadap mereka. Situasi menjadi sangat berbahaya, mengancam keselamatan kedua utusan Injil tersebut.
Menghadapi ancaman yang nyata, mereka tidak memilih untuk melawan atau bertahan mati-matian. Sebaliknya, mereka menunjukkan kebijaksanaan dan keberanian rohani dengan "segera melarikan diri". Tindakan ini bukanlah tanda kepengecutan, melainkan sebuah strategi ilahi untuk melindungi kehidupan yang telah dipakai Tuhan untuk banyak jiwa. Melarikan diri demi keselamatan bukanlah penyerahan, tetapi langkah untuk melanjutkan pelayanan di tempat lain. Tujuan mereka adalah melanjutkan memberitakan Injil, bukan mencari pertempuran fisik.
Kota-kota tujuan mereka, Listra dan Derbe, yang terletak di wilayah Likaonia, menjadi tempat perlindungan sekaligus ladang pelayanan baru. Wilayah ini memiliki budaya dan konteks yang berbeda dari kota-kota sebelumnya, memberikan kesempatan baru untuk menjangkau hati yang belum pernah mendengar kabar baik. Di Listra, kita akan menemukan kisah menarik tentang penyembuhan orang lumpuh dan bahkan bagaimana mereka disalahpahami sebagai dewa. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kesulitan, Allah tetap bekerja dan memberikan kesempatan untuk kesaksian.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa iman bukanlah berarti tidak menghadapi kesulitan. Sebaliknya, iman terlihat dalam cara kita merespons kesulitan tersebut. Paulus dan Barnabas, meskipun menghadapi ancaman fisik, tetap teguh pada panggilan mereka untuk melayani. Mereka tahu bahwa keberhasilan pelayanan tidak selalu diukur dari penerimaan di satu tempat, tetapi dari kesetiaan kepada Tuhan dan kemauan untuk terus maju meski harus berpindah.
Pelarian mereka adalah pengingat bahwa kadang-kadang langkah yang paling bijak adalah menjauh dari situasi berbahaya untuk dapat terus berfungsi. Ini juga menunjukkan bahwa Allah mempersiapkan jalan bagi mereka yang setia, bahkan ketika jalan yang lama tertutup. Likaonia dan kota-kota di dalamnya menjadi saksi baru bagi pekerjaan Kristus melalui rasul-rasul-Nya. Kisah Rasul 14:6 bukan hanya tentang pengungsian, tetapi tentang kelanjutan misi ilahi di hadapan tantangan, sebuah bukti ketahanan dan tujuan yang tak tergoyahkan.