Kisah Rasul 15 & 19: Jalan Iman Terbuka

"Sebab Roh Kudus dan kami telah memutuskan untuk tidak menambah beban lain padamu, kecuali hal-hal yang perlu ini: yaitu untuk menjauhi persembahan yang dipersembahkan kepada berhala, menjauhi darah, menjauhi daging binatang yang disembelih dan menjauhi percabulan." (Kisah Para Rasul 15:28-29)
"Dan banyak orang yang percaya datang ke Yerusalem untuk mengaku dan memberitakan apa yang telah mereka perbuat." (Kisah Para Rasul 19:18)

Dua pasal penting dalam Kitab Kisah Para Rasul, yaitu pasal 15 dan 19, menawarkan pelajaran berharga tentang pertumbuhan iman dan perluasan Injil. Kisah Rasul 15 secara khusus menyoroti momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula, di mana sebuah keputusan penting dibuat mengenai hubungan antara orang percaya dari latar belakang Yahudi dan non-Yahudi. Permasalahan yang muncul adalah apakah orang percaya dari bangsa-bangsa lain perlu disunat dan mematuhi hukum Taurat Musa untuk dapat diselamatkan.

Pertemuan yang dihadiri para rasul dan penatua di Yerusalem ini, seperti yang digambarkan dalam Kisah Rasul 15, menjadi bukti bahwa pemahaman rohani dan hikmat ilahi dapat menuntun pada kesimpulan yang mencerahkan. Melalui diskusi yang mendalam, dipimpin oleh roh kepemimpinan seperti Petrus dan Paulus, serta kesaksian Yakobus, diputuskan bahwa keselamatan datang hanya melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui ketaatan pada hukum Taurat. Keputusan ini membuka pintu selebar-lebarnya bagi Injil untuk menjangkau seluruh bangsa, menghilangkan hambatan budaya dan tradisi yang sebelumnya memisahkan.

Jalan yang terbuka ini kemudian terus dibentangkan dalam kisah-kisah selanjutnya, termasuk apa yang terjadi di Efesus seperti diceritakan dalam Kisah Rasul 19. Di kota metropolis yang kaya akan budaya dan agama politeistik ini, Paulus menghabiskan waktu yang signifikan untuk memberitakan Injil. Ia tidak hanya mengajar orang-orang Yahudi di sinagoge, tetapi juga mendirikan jemaat di sekolah Tiranus, menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Kisah Rasul 19 menggambarkan bagaimana kuasa Allah bekerja secara nyata melalui pelayanan Paulus. Mukjizat-mukjizat terjadi, tanda-tanda dan keajaiban menyertai perkataan mereka. Bahkan, apa yang dibawa dari tubuh Paulus, seperti kain dari kulitnya, dapat menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat. Fenomena ini sangat kontras dengan praktik magis dan ritual yang lazim di Efesus. Ada catatan tentang orang-orang yang membakar kitab-kitab sihir mereka, yang nilainya setara dengan banyak uang, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Injil dalam mengubah hati dan pikiran manusia.

Keduanya, Kisah Rasul 15 dan 19, saling melengkapi. Pasal 15 adalah tentang kebebasan dari beban hukum yang membatasi, sementara pasal 19 menunjukkan bagaimana kebebasan tersebut diwujudkan dalam kuasa transformasi dan perluasan Kerajaan Allah. Kedua pasal ini mengingatkan kita bahwa iman Kristen bukanlah sistem yang kaku dan eksklusif, melainkan jalan yang terbuka, penuh kasih, dan berkuasa untuk membawa perubahan nyata dalam kehidupan individu dan masyarakat. Semangat keterbukaan, penghargaan terhadap keberagaman, dan fokus pada kuasa penebusan Kristus menjadi inti dari kedua kisah ini, terus menginspirasi umat percaya hingga kini.