"Sebab dari miasta-kota kuno Musa telah beroleh orang-orang yang memberitakan dia, tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat."
Kisah Para Rasul pasal 15 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Perdebatan sengit muncul mengenai apakah orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Yesus Kristus harus disunat dan mematuhi hukum Taurat Musa untuk dapat diselamatkan. Situasi ini memicu diskusi mendalam di Yerusalem, yang melibatkan para rasul, penatua, dan pemimpin gereja. Di tengah perdebatan ini, Yakobus, seorang pemimpin penting dalam gereja Yerusalem, memberikan pandangannya yang didasarkan pada pemahaman mendalam tentang Kitab Suci.
Ayat 21 dari pasal 15 ini, "Sebab dari kota-kota kuno Musa telah beroleh orang-orang yang memberitakan dia, tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat," menjadi penegasan penting. Yakobus merujuk pada fakta historis bahwa ajaran Musa dan Taurat telah disebarkan secara luas selama berabad-abad melalui rumah-rumah ibadat di seluruh dunia Yahudi. Setiap hari Sabat, hukum Musa diajarkan dan dibahas di sinagoge-sinagoge ini. Ini menunjukkan bahwa Firman Tuhan, melalui Musa, sudah memiliki jangkauan dan pengaruh yang signifikan di kalangan bangsa-bangsa.
Pernyataan ini bukan sekadar sebuah fakta historis, melainkan juga sebuah argumen teologis. Yakobus menggunakan realitas penyebaran hukum Taurat ini untuk mendukung keputusannya bahwa orang-orang percaya dari bangsa lain tidak perlu terbebani dengan seluruh hukum Taurat, termasuk sunat, untuk menerima keselamatan. Sebaliknya, keselamatan datang melalui anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, sebagaimana telah dibuktikan oleh mujizat dan tanda yang Allah lakukan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi yang percaya.
Kisah ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan menerapkan Firman Tuhan dengan benar. Para pemimpin gereja mula-mula tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Mereka bergumul dengan ayat-ayat Kitab Suci, berdoa, dan mempertimbangkan hikmat ilahi. Keputusan yang diambil di Yerusalem ini memiliki dampak besar, membuka pintu bagi penyebaran Injil ke seluruh dunia tanpa hambatan budaya dan hukum yang berlebihan, sembari tetap menghormati dasar-dasar iman Yahudi.
Inti dari ajaran yang terkandung dalam Kisah Para Rasul 15:21 adalah pengakuan bahwa Allah bekerja melalui cara-cara yang telah ditetapkan-Nya, dan bahwa penyebaran Firman-Nya adalah sebuah proses yang berkesinambungan. Namun, pada saat yang sama, anugerah keselamatan melalui Yesus Kristus adalah sebuah wahyu baru yang melampaui batasan-batasan hukum formal yang ada sebelumnya. Ajaran yang benar selalu membawa kebebasan dan pertumbuhan, bukan pengekangan yang tidak perlu. Ini adalah pelajaran berharga bagi gereja di segala zaman.