Rasul

Kisah Rasul 15:23 - Kesepakatan Rasuli

"Dan mereka menulis surat dengan perantaraan mereka begini: 'Salam daripada rasul-rasul dan penatua-penatua dan saudara-saudara kepada saudara-saudara kita yang di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang dari bangsa bukan Yahudi.'"

Kisah Para Rasul pasal 15 mencatat momen krusial dalam sejarah Kekristenan awal, yaitu Konsili Yerusalem. Pertemuan ini membahas isu fundamental mengenai apakah orang-orang bukan Yahudi yang bertobat perlu disunat dan mematuhi hukum Taurat Musa agar dapat menjadi bagian dari umat Allah. Perdebatan sengit terjadi antara para pengikut Kristus dari latar belakang Yahudi dan mereka yang berasal dari latar belakang non-Yahudi. Konsili ini menjadi bukti nyata bagaimana gereja mula-mula bergumul dalam menafsirkan kehendak Tuhan dan menerapkannya dalam konteks yang terus berkembang.

Ayat 23 dari pasal 15 ini memberikan kutipan surat yang dikirim oleh para rasul dan penatua kepada jemaat di Antiokhia dan sekitarnya. Surat ini bukan hanya sekadar pengumuman hasil keputusan, melainkan sebuah deklarasi persatuan dan kasih persaudaraan. Para pemimpin gereja, setelah mendengarkan kesaksian Petrus tentang bagaimana Roh Kudus turun atas Kornelius dan orang-orang bukan Yahudi lainnya, serta argumen Paulus dan Barnabas tentang anugerah Allah yang membenarkan melalui iman, sampai pada kesimpulan yang penting. Mereka sepakat bahwa pembebasan dari tuntutan hukum Taurat adalah anugerah yang diberikan oleh Kristus, bukan sesuatu yang harus dicapai melalui ketaatan pada ritus-ritus tertentu.

Surat yang mereka tulis ini menjadi contoh indah tentang bagaimana perselisihan dapat diselesaikan melalui dialog yang terarah pada kebenaran firman Tuhan dan tuntunan Roh Kudus. Kata-kata pembukaan surat, "Salam daripada rasul-rasul dan penatua-penatua dan saudara-saudara," menunjukkan rasa hormat dan kesetaraan di antara para pemimpin gereja. Mereka mengakui bahwa semua orang yang percaya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, adalah saudara dalam Kristus. Ini adalah penegasan bahwa identitas baru dalam Kristus melampaui batas-batas etnis dan budaya yang sebelumnya memisahkan umat manusia.

Keputusan yang dihasilkan dari Konsili Yerusalem ini memiliki dampak yang sangat luas. Ini membebaskan Injil dari belenggu hukum Taurat bagi orang bukan Yahudi, membuka pintu lebar-lebar bagi penyebaran Kekristenan ke seluruh penjuru dunia tanpa hambatan budaya dan ritual yang berlebihan. Surat ini menegaskan bahwa iman kepada Yesus Kristus adalah syarat utama keselamatan, bukan ketaatan pada hukum ritual Yahudi. Dengan demikian, Kisah Para Rasul 15:23 bukan hanya mencatat sebuah keputusan, tetapi juga merayakan kemenangan anugerah ilahi atas segala pemisahan yang dibuat manusia, menggemakan kebenaran universal tentang kasih Kristus yang mempersatukan.