Kisah Rasul 15:25

"Maka telah memutuskan, bahwa kami akan mengirimkan mereka dengan surat, beserta orang-orang pilihan kami, Barnabas dan Paulus,"

Surat Pilihan

Kisah para rasul pasal 15 mencatat salah satu momen paling krusial dalam sejarah Kekristenan awal: perdebatan dan keputusan mengenai status orang non-Yahudi yang percaya kepada Yesus. Peristiwa ini tidak hanya membentuk doktrin gereja, tetapi juga menentukan arah penyebaran Injil ke seluruh dunia. Ayat 25 dari pasal ini memberikan gambaran singkat namun padat tentang hasil musyawarah penting yang terjadi di Yerusalem.

Setelah perdebatan sengit antara para rasul, tua-tua, dan jemaat di Yerusalem mengenai kewajiban orang percaya dari bangsa non-Yahudi untuk mengikuti hukum Taurat Musa, terutama sunat, Yakobus, sebagai pemimpin sidang, memberikan pandangannya. Pandangan Yakobus ini kemudian dirangkum dan diadopsi oleh seluruh sidang. Keputusan yang diambil adalah untuk tidak membebani orang percaya non-Yahudi dengan tuntutan hukum Taurat yang berat, melainkan memberikan pedoman etis dan moral yang esensial agar mereka dapat hidup sesuai dengan iman mereka dan tidak menyinggung saudara seiman dari Yahudi.

Ayat 25 ini menggarisbawahi aspek praktis dari keputusan tersebut. Gereja di Yerusalem, melalui para pemimpinnya, bertekad untuk mengirimkan utusan yang dapat menyampaikan keputusan ini secara resmi. Barnabas dan Paulus, yang telah berjuang keras di lapangan misi di antara bangsa-bangsa non-Yahudi, dipilih sebagai representasi utama. Bersama dengan mereka, dikirim pula orang-orang pilihan lainnya, yang menunjukkan keseriusan dan kolektivitas dalam pengambilan keputusan ini. Pengiriman surat ini menjadi penanda penting bahwa gereja mulai memiliki struktur dan metode komunikasi yang terorganisir untuk menjaga kesatuan doktrin dan semangat persaudaraan.

Pemilihan Barnabas dan Paulus bukanlah tanpa alasan. Mereka adalah saksi mata dan pelaku utama dalam pengalaman baptisan Roh Kudus oleh orang non-Yahudi, dan mereka telah membuktikan bahwa iman sejati tidak bergantung pada ritual Yahudi. Mengirim mereka kembali untuk menyampaikan keputusan ini memberikan otoritas dan legitimasi yang kuat terhadap pesan yang dibawa. Ini juga menunjukkan bahwa gereja Yerusalem menghargai pekerjaan dan kesaksian para rasul di antara bangsa-bangsa lain.

Keputusan ini memiliki implikasi yang mendalam. Dengan membebaskan orang percaya non-Yahudi dari beban hukum Taurat, gereja membuka pintu lebar-lebar bagi pertumbuhan yang pesat. Injil menjadi lebih mudah diakses dan diterima oleh berbagai macam budaya dan latar belakang. Hal ini memungkinkan perluasan kerajaan Allah secara global, yang merupakan tujuan akhir dari misi para rasul. Kisah Rasul 15:25 menjadi pengingat bahwa gereja yang sehat mampu beradaptasi, berkomunikasi, dan membuat keputusan yang berfokus pada kebenaran Injil dan kesatuan umat Allah.

Keputusan ini juga mengajarkan tentang pentingnya musyawarah dan persetujuan bersama dalam komunitas iman. Meskipun ada perbedaan pendapat awal, para pemimpin gereja pada masa itu rela duduk bersama, mendengarkan, dan mencari kehendak Tuhan melalui Roh Kudus. Hasilnya adalah kesepakatan yang menguatkan, bukan memecah belah.