Berkatalah TUHAN kepadaku: "Ambilkanlah bagi anak gembala itu upah kerjamu, tiga puluh uang perak." Maka kuambillah tiga puluh uang perak itu dan kulemparkan ke rumah tempat peleburan di rumah TUHAN.
Simbol pemisahan dan timbangan
Zakharia 11:13 adalah ayat yang sarat akan makna simbolis dan profetik. Dalam konteks kitab Zakharia, ayat ini sering ditafsirkan sebagai nubuat mengenai pengkhianatan terhadap seorang pemimpin atau gembala umat. Tiga puluh uang perak, nilai yang terkesan kecil namun signifikan, menjadi penanda sebuah transaksi yang mengkhianati kepercayaan dan harga diri. Dalam tradisi Yahudi, tiga puluh syikal perak adalah harga seorang budak yang cacat atau dilukai (Keluaran 21:32). Penggambaran ini secara gamblang menunjukkan betapa murahnya harga seorang gembala yang berharga di mata para pemimpin atau rakyatnya.
Ayat ini memiliki resonansi yang kuat ketika dikaitkan dengan peristiwa pengkhianatan Yesus Kristus oleh Yudas Iskariot. Dalam Injil Matius, disebutkan bahwa Yudas menerima tiga puluh uang perak sebagai imbalan untuk menyerahkan Yesus kepada para imam kepala. Nilai yang sama, tiga puluh uang perak, menjadi jembatan antara nubuat Zakharia dan penggenapannya dalam kehidupan Kristus. Hal ini menegaskan klaim bahwa Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan, yang harus menderita dan dikhianati demi keselamatan umat manusia. Tindakan Zakharia yang melemparkan uang perak ke rumah peleburan di rumah Tuhan menggambarkan penolakan terhadap harga pengkhianatan tersebut, serta penegasan bahwa nilai sejati tidak dapat dibeli dengan uang.
Lebih dari sekadar ramalan historis, Zakharia 11:13 menawarkan pelajaran teologis yang penting. Ayat ini mengingatkan kita akan bahaya keserakahan, pengkhianatan, dan ketidaksetiaan. Ia menyoroti betapa mudahnya seseorang tergoda untuk mengorbankan prinsip, kepercayaan, dan bahkan hubungan demi keuntungan pribadi yang semu. Uang perak tiga puluh itu menjadi simbol kekecewaan mendalam yang dirasakan oleh Sang Gembala Agung, bukan karena nilai materi yang rendah, tetapi karena penolakan dan pengkhianatan dari mereka yang seharusnya dilindungi dan dikasihi.
Bagi umat beriman, ayat ini juga menjadi panggilan untuk merefleksikan kesetiaan kita kepada Tuhan. Apakah kita seringkali "menjual" prinsip-prinsip iman kita demi kenyamanan duniawi atau penerimaan sosial? Apakah kita menghargai pengorbanan Kristus dengan kesetiaan yang tulus, atau justru terombang-ambing oleh godaan dan keinginan sesaat? Zakharia 11:13 mengajak kita untuk merenungkan kembali arti pengorbanan sejati dan nilai kesetiaan yang tak ternilai harganya. Tindakan melemparkan uang perak ke rumah Tuhan juga dapat dimaknai sebagai upaya pemurnian diri, menolak segala bentuk kompromi yang merusak hubungan dengan Sang Pencipta. Ini adalah pengingat bahwa harta sejati terletak pada hubungan yang murni dan setia kepada Tuhan.