Ayat keempat dari pasal kelima belas Kitab Kisah Para Rasul membawa kita pada momen krusial dalam sejarah gereja mula-mula. Setelah perjalanan misi yang penuh dengan tantangan dan kesuksesan, Paulus dan Barnabas beserta rombongan tiba di Yerusalem. Kehadiran mereka bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan sebuah pertemuan yang sangat penting untuk membahas isu-isu teologis yang mendasar dan berpotensi memecah belah kesatuan jemaat.
Kala itu, perdebatan sengit tengah melanda gereja mengenai status orang-orang bukan Yahudi yang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Sebagian dari kaum Yahudi percaya yang merasa lebih puritan berkeras bahwa orang-orang bukan Yahudi haruslah disunat dan menaati hukum Taurat Musa agar dapat benar-benar menjadi pengikut Kristus. Pandangan ini menimbulkan ketegangan dan kebingungan di antara jemaat baru, terutama bagi mereka yang berasal dari latar belakang non-Yahudi.
Dalam konteks inilah, kedatangan Paulus dan Barnabas di Yerusalem menjadi sangat relevan. Mereka membawa kabar baik tentang bagaimana Roh Kudus secara ajaib bekerja di antara bangsa-bangsa non-Yahudi, tanpa persyaratan hukum Taurat. Mereka bukan hanya sekadar melaporkan keberhasilan misionaris, tetapi juga membawa kesaksian hidup tentang karya penebusan Kristus yang menjangkau semua orang tanpa terkecuali.
Kisah Para Rasul 15:4 mencatat, "Setibanya di Yerusalem, mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul serta tua-tua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang telah Allah perbuat dengan perantaraan mereka." Kata "segala sesuatu" ini mencakup bukan hanya tentang pembukaan pintu Injil bagi bangsa-bangsa lain, tetapi juga tentang bagaimana Tuhan memimpin, melindungi, dan memberdayakan mereka dalam pelayanan. Mereka mempresentasikan bukti nyata dari pekerjaan Allah, bukan sekadar argumen teologis. Ini adalah kesaksian yang kuat, yang seharusnya menjadi dasar dari setiap keputusan gereja.
Pertemuan di Yerusalem ini, yang kemudian dikenal sebagai Konsili Yerusalem, menjadi tonggak sejarah yang menentukan arah gereja. Keputusan yang diambil di sana menegaskan bahwa keselamatan datang melalui anugerah Allah oleh iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui perbuatan hukum Taurat. Hal ini membuka jalan bagi perluasan Injil secara global dan menegaskan inklusivitas kasih Kristus yang tidak terbatas pada satu bangsa atau kelompok etnis saja.
Kisah Rasul 15:4 menggarisbawahi pentingnya berbagi kesaksian tentang karya Tuhan. Ketika kita menghadapi tantangan atau perdebatan, merujuk kembali pada apa yang telah Tuhan lakukan adalah sumber kebijaksanaan dan kekuatan. Kesaksian yang jujur dan transparan tentang bagaimana Allah bekerja, bahkan di tengah kesulitan, dapat memberikan perspektif yang baru dan mengarahkan pada solusi yang sesuai dengan kehendak-Nya. Peristiwa ini menjadi pengingat abadi bahwa Tuhan adalah pusat dari segala pelayanan dan pertumbuhan gereja.