Kisah Rasul 17 & 18: Paulus di Athena dan Korintus

"Maka pergilah Paulus dari Athena ke Korintus." (Kisah Para Rasul 18:1)

Kitab Kisah Para Rasul mencatat perjalanan misionaris Rasul Paulus yang penuh tantangan dan mukjizat. Dua bab penting, yaitu pasal 17 dan 18, membawa kita pada dua episode signifikan dalam pelayanan Paulus yang menunjukkan bagaimana Injil diperkenalkan di dua kota Yunani yang berbeda: Athena dan Korintus.

Ikon Simbol Kekristenan

Ilustrasi Simbol Kekristenan

Perdebatan di Aeropagus (Kisah Para Rasul 17)

Di Athena, Paulus menemukan kota yang kaya akan budaya, filsafat, dan penyembahan berhala. Ia tidak tinggal diam. Ia berdiskusi di sinagoge, di pasar, dan yang paling terkenal, di hadapan para filsuf Epicurean dan Stoic di Areopagus. Paulus menggunakan pemahamannya tentang kepekaan religius orang Athena, termasuk altar "kepada Allah yang tidak dikenal," sebagai titik awal untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Ia berbicara tentang Pencipta alam semesta, kebangkitan orang mati, dan penghakiman. Meskipun beberapa orang mencemooh, ada juga yang percaya, menunjukkan bahwa Injil memiliki kekuatan universal untuk menjangkau berbagai latar belakang.

Pelayanan di Korintus (Kisah Para Rasul 18)

Setelah meninggalkan Athena, Paulus tiba di Korintus, sebuah kota yang dikenal karena kekayaan, kemakmuran, tetapi juga kebejatan moral. Di sini, ia menemukan kerja sama yang erat dengan Akwila dan Priskila, seorang pasangan Yahudi yang juga pengrajin tenda seperti dirinya. Bersama mereka, Paulus bekerja sambil mengajarkan Injil. Di sinagoge, Paulus berkhotbah dengan gigih, tetapi ketika orang Yahudi menentangnya, ia memindahkan pelayanannya ke rumah Titius Yustus, seorang penyembah Allah. Pengaruhnya begitu besar sehingga Krispus, kepala rumah ibadat Yahudi, beserta keluarganya menjadi percaya dan dibaptis. Tuhan sendiri menguatkan Paulus di Korintus melalui penglihatan, meyakinkannya bahwa ia tidak akan dibiarkan terluka dan banyak orang akan diselamatkan di kota itu.

Perjalanan Paulus di Korintus tidak mudah. Ia menghadapi penolakan dan bahkan dihadapkan ke pengadilan di depan prokonsul Galio. Namun, Galio menolak tuduhan-tuduhan itu, mengakui bahwa perselisihan itu berkaitan dengan hukum Yahudi, bukan kejahatan sipil. Peristiwa ini justru memperkuat kesaksian Paulus. Ia tinggal di Korintus selama satu tahun enam bulan, menabur benih Kerajaan Allah di tengah masyarakat yang penuh tantangan.

Kisah Para Rasul 17 dan 18 menyoroti keberanian, hikmat, dan ketekunan Paulus dalam memberitakan Injil. Ia mampu menyesuaikan pendekatannya, berbicara dalam bahasa budaya dan filsafat setempat, sambil tetap teguh pada kebenaran Kristus. Baik di Athena yang intelektual maupun di Korintus yang pragmatis dan bermasalah, Injil terus menyebar, membuktikan bahwa kuasa Allah sanggup mengubah kehidupan dan memberikan harapan.

Peristiwa-peristiwa ini menjadi teladan bagi para pengikut Kristus untuk terus bersaksi dengan penuh kasih, keberanian, dan kepercayaan bahwa Allah bekerja melalui pelayanan kita, bahkan di tempat-tempat yang tampaknya paling sulit.