Kisah Rasul 17:19 - Pergumulan Iman di Atena

"Mereka membawa dia ke tengah-tengah sidang Areopagus dan bertanya: "Benarkah kami boleh mengetahui ajaran baru yang kau ajarkan ini? Sebab telinga kami mendengar bahwa engkau mengajarkan sesuatu yang baru; kami ingin mengetahui artinya.""
ABC

Perikop Kisah Rasul 17:19 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam pelayanan Rasul Paulus di kota Atena, sebuah pusat peradaban dan filsafat Yunani kuno. Setelah meninggalkan Tesalonika dan Berea, Paulus tiba di Atena sendirian, tempat ia menyaksikan kekayaan budaya dan spiritualitas yang sangat berbeda dari apa yang pernah ia temui sebelumnya.

Atena kala itu dipenuhi dengan kuil-kuil megah, patung-patung dewa-dewi, dan pusat-pusat pemikiran filosofis yang aktif. Dari para filsuf Epikurean dan Stoa, hingga pencari pengetahuan baru, berbagai pemikiran saling bersaing. Paulus, yang jiwanya terusik melihat kota itu penuh berhala, tidak tinggal diam. Ia berdialog di sinagoge dengan orang Yahudi dan penganut agama Yahudi, serta di pasar (agora) dengan siapa saja yang ditemuinya.

Dialog yang intens ini akhirnya menarik perhatian beberapa filsuf dari kalangan Epicurean dan Stoa. Mereka terpukau sekaligus penasaran dengan ajaran baru yang dibawa Paulus, sebuah kabar tentang Yesus dan kebangkitan-Nya yang terdengar asing di telinga mereka. Istilah 'kebangkitan orang mati' adalah sesuatu yang dianggap tidak masuk akal bagi sebagian dari mereka, bahkan ada yang mencemooh. Namun, rasa ingin tahu yang lebih besar mendorong mereka untuk mengajak Paulus lebih jauh.

Mereka membawanya ke Areopagus, sebuah tempat pertemuan penting di Atena, yang sering menjadi lokasi pengadilan dan diskusi publik. Di sinilah mereka mengajukan pertanyaan yang tercatat dalam Kisah Rasul 17:19. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa mereka tidak serta-merta menolak ajaran Paulus, melainkan ada keinginan tulus untuk memahami. Mereka ingin mengetahui esensi dari ajaran yang terasa baru ini, yang mungkin membawa perspektif berbeda tentang kehidupan, kematian, dan realitas spiritual.

Peristiwa di Areopagus ini menjadi puncak dari misi Paulus di Atena. Di hadapan para intelektual dan pemikir terkemuka, Paulus diberikan kesempatan untuk menyampaikan Injil. Pidatonya, yang terkenal dengan pengenalannya terhadap 'Allah yang tidak dikenal' yang disembah orang Atena, merupakan contoh luar biasa dari bagaimana iman Kristen dapat diartikulasikan dalam konteks budaya yang berbeda. Paulus menunjukkan kebijaksanaan dalam menjembatani kesenjangan budaya, menggunakan pemahaman mereka tentang seni dan filsafat untuk membawa mereka kepada kebenaran yang lebih tinggi.

Meskipun tidak semua yang mendengarkan menjadi percaya, momen ini menegaskan misi para rasul: untuk membawa kabar baik Kristus kepada segala bangsa, di segala situasi, dan dengan cara yang dapat dipahami. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya dialog, kerendahan hati dalam mencari kebenaran, dan keberanian untuk mewartakan iman di tengah perbedaan pandangan. Pergumulan di Atena, yang bermula dari pertanyaan sederhana di Areopagus, membuka jalan bagi pemahaman yang lebih luas tentang jangkauan Injil.