Kisah Rasul pasal 17 mencatat perjalanan penginjilan Paulus di berbagai kota. Salah satu momen paling signifikan terjadi di Athena, sebuah kota yang terkenal dengan filsafat dan berbagai sesembahan. Di tengah hiruk pikuk kehidupan intelektual dan spiritual kota tersebut, Paulus tidak gentar menyampaikan kabar baik tentang Yesus Kristus.
Dalam ayat ke-34, kita menemukan sebuah titik terang di tengah tantangan yang dihadapi Paulus. Meskipun banyak yang mencibir atau menolak pesannya, ada beberapa jiwa yang terbuka dan menerima kebenaran yang ia sampaikan. Ayat ini menyebutkan secara spesifik dua orang: Dionysius, seorang anggota Areopagus (sebuah dewan pengadilan dan penasihat penting di Athena), dan seorang perempuan bernama Damaris. Keberhasilan dalam mendapatkan pengikut, terutama dari kalangan yang memiliki kedudukan atau latar belakang yang beragam, adalah bukti nyata dari kuasa Injil yang mampu menembus berbagai lapisan masyarakat.
Athena pada masa itu adalah pusat kebudayaan dan pemikiran Yunani. Para penduduknya sangat religius, bahkan mereka memiliki sebuah mezbah yang dipersembahkan untuk "Allah yang tidak dikenal." Paulus menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan Yesus Kristus sebagai "Allah yang tidak dikenal" tersebut. Ia berbicara tentang penciptaan, kebangkitan, dan penghakiman, menantang pandangan dunia mereka yang berdasarkan filsafat dan mitologi.
Meskipun banyak yang menertawakan atau menganggap Paulus sebagai penyebar ajaran asing, ada segolongan orang yang tertarik. Dionysius, sebagai anggota Areopagus, menunjukkan bahwa kabar baik Kristus mampu menarik perhatian bahkan dari kalangan elit yang berpengaruh. Keberanian dan kebijaksanaan Paulus dalam berdialog dengan para filsuf dan penduduk Athena patut dicontoh. Ia tidak hanya menyampaikan ajaran, tetapi juga berusaha memahami latar belakang mereka.
Penerimaan Injil oleh Dionysius dan Damaris, serta "sejumlah orang lain," bukan sekadar peristiwa intelektual, tetapi merupakan permulaan dari transformasi iman. Menjadi percaya berarti mengalami perubahan mendasar dalam pandangan hidup, nilai-nilai, dan tujuan. Mereka yang percaya ini kemudian menjadi bagian dari gereja perdana, turut menyebarkan kesaksian iman mereka di tengah masyarakat Athena.
Kisah Rasul 17:34 mengingatkan kita bahwa di mana pun Injil diberitakan, selalu ada potensi bagi orang untuk merespons dengan iman. Tantangan dan penolakan adalah bagian dari perjalanan, namun yang terpenting adalah bagaimana firman Tuhan bekerja di dalam hati manusia. Keberhasilan para rasul dalam menjangkau orang-orang seperti Dionysius dan Damaris menjadi inspirasi bagi setiap pengikut Kristus untuk terus bersaksi dan berdoa agar banyak hati yang terbuka menerima kasih dan kebenaran Allah.
Kisah ini juga menyoroti pentingnya keragaman dalam pergerakan iman. Kehadiran laki-laki dan perempuan, dari latar belakang yang berbeda, menunjukkan bahwa keselamatan dan panggilan untuk mengikut Kristus berlaku untuk semua orang. Mereka yang menjadi percaya kemudian membentuk sebuah komunitas yang saling menguatkan, sebuah perwujudan dari Gereja yang dipanggil untuk menjadi terang di dunia.