"Dan ketika Galio menjadi gubernur di Akhaya, orang Yahudi serentak bangkit melawan Paulus dan membawa dia menghadap mimbar pengadilan."
Kisah Para Rasul 18:13 mencatat sebuah momen penting dalam pelayanan Rasul Paulus di Korintus. Ayat ini memperkenalkan sosok Galio, yang menjabat sebagai prokonsul (gubernur) di provinsi Romawi Akhaya, sebuah wilayah yang mencakup kota Korintus yang strategis. Peristiwa yang digambarkan menunjukkan adanya penolakan dan tuduhan yang dilancarkan oleh sebagian orang Yahudi terhadap ajaran Paulus. Mereka tidak hanya menentang pemberitaan Paulus tentang Yesus Kristus, tetapi juga membawa Paulus ke hadapan otoritas sipil, yaitu pengadilan yang dipimpin oleh Galio.
Keberadaan pengadilan Romawi ini sangat signifikan. Di bawah kekuasaan Romawi, meskipun ada toleransi terhadap berbagai kepercayaan, otoritas Romawi seringkali turun tangan jika ada gangguan ketertiban umum atau perselisihan yang berpotensi memicu kerusuhan. Dalam kasus ini, para penentang Paulus berusaha untuk menggambarkan ajaran Paulus sebagai sesuatu yang melanggar hukum atau mengganggu stabilitas sosial di Korintus. Mereka berharap Galio akan menghukum Paulus.
Kisah lengkapnya, yang terperinci dalam Kisah Para Rasul pasal 18, menjelaskan bahwa Paulus dibawa ke hadapan Galio. Tuduhan yang diajukan bukanlah tentang pelanggaran hukum Romawi secara langsung, melainkan lebih kepada perselisihan "tentang hukum Taurat mereka" (Kisah Para Rasul 18:15). Para penentang Paulus ingin pengadilan sipil Romawi mengadili masalah internal keagamaan mereka, yang sebenarnya di luar yurisdiksi Romawi.
Galio, sebagai seorang pejabat Romawi yang cerdas dan pragmatis, menyadari bahwa perselisihan tersebut bersifat keagamaan dan tidak terkait dengan hukum Romawi. Ia menolak untuk campur tangan dalam urusan internal agama Yahudi. Dalam sebuah keputusan yang bijaksana, Galio memerintahkan agar perselisihan tersebut diselesaikan di luar pengadilannya. Bahkan, ia mengusir orang-orang Yahudi yang mengadukan Paulus dari podium pengadilan. Keputusan Galio ini memberikan perlindungan penting bagi Paulus, membebaskannya dari hukuman sipil di Korintus dan memungkinkannya untuk melanjutkan pelayanannya.
Peristiwa ini memberikan bukti eksternal yang berharga tentang keberadaan dan peran otoritas Romawi dalam kehidupan para rasul. Dengan Galio sebagai gubernur, Paulus memiliki perlindungan hukum yang memungkinkannya untuk menyebarkan Injil tanpa terhalang oleh intervensi yang tidak adil. Keputusan Galio tidak hanya menguntungkan Paulus saat itu, tetapi juga menjadi semacam "paspor" spiritual bagi kelangsungan misi Paulus di berbagai wilayah Romawi lainnya. Keberanian Paulus untuk berdiri di hadapan pengadilan dan kebijaksanaan Galio dalam menangani kasus tersebut menjadi bagian penting dari narasi penyebaran Kekristenan di dunia Romawi kuno. Kasus Kisah Rasul 18 13 ini menggambarkan bagaimana iman dan pemberitaan Injil seringkali harus menghadapi penentangan, namun juga bagaimana campur tangan Tuhan dapat bekerja melalui berbagai cara, termasuk melalui kebijakan dan sikap pejabat sipil.