A

Kisah Rasul 18:15 - Perjumpaan Penting

"Tetapi jika ada beberapa pertanyaan mengenai perselisihan yang timbul dari ajaran, serta tentang orang-orang bernama Yesus dan Kristus, maka kamu akan menanganinya."

Dalam perjalanan misinya yang penuh pengabdian, Rasul Paulus seringkali menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi ajaran maupun dari pihak-pihak yang berseberangan. Kisah Para Rasul pasal 18 mencatat salah satu periode krusial dalam pelayanannya, di mana ia menghabiskan waktu yang cukup lama di Korintus, sebuah kota yang ramai dan kosmopolitan. Di sinilah, di tengah hiruk pikuk kehidupan dan keragaman keyakinan, Paulus menabur benih Injil Kerajaan Allah. Ayat 15 dari pasal ini memberikan sebuah penekanan penting mengenai bagaimana otoritas sipil, dalam hal ini prokonsul Galio, menangani persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keyakinan Kristen.

Konteks ayat ini adalah ketika orang-orang Yahudi di Korintus, yang dipimpin oleh Sostenes, kepala rumah ibadat Yahudi, mengajukan tuntutan terhadap Paulus di depan takhta pengadilan Galio. Mereka menuduh Paulus mengajarkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan melanggar hukum. Tentu saja, tuduhan ini merupakan cara mereka untuk menciptakan konflik dan menghentikan pelayanan Paulus yang dianggap mengganggu tatanan sosial dan keagamaan yang ada. Namun, Galio, sebagai seorang pejabat Romawi yang bijaksana, memiliki pemahaman yang berbeda mengenai urusan keagamaan.

Frasa "jika ada beberapa pertanyaan mengenai perselisihan yang timbul dari ajaran, serta tentang orang-orang bernama Yesus dan Kristus" menunjukkan bahwa Galio memandang persoalan ini sebagai perselisihan internal yang berkaitan dengan ajaran agama, bukan sebagai tindak kejahatan yang melanggar hukum Romawi secara umum. Ia tidak melihat adanya pelanggaran pidana yang memerlukan intervensi pengadilan Romawi. Penting untuk dicatat bahwa pada masa itu, Kekaisaran Romawi umumnya memberikan toleransi terhadap berbagai macam agama, selama agama tersebut tidak mengancam stabilitas negara atau menentang pemujaan kaisar. Ajaran Kristen, meskipun baru dan terkadang kontroversial, pada awalnya seringkali dianggap sebagai salah satu sekte dalam Yudaisme, yang memang sudah diakui.

Reaksi Galio yang kemudian mengusir para penuntut dari hadapan takhta pengadilan adalah sebuah bukti kebijaksanaannya. Ia menyatakan, "Jika memang ini soal perkataan dan nama-nama serta hukum Tauratmu, uruslah sendiri. Aku tidak mau menjadi hakim atas perkara yang semacam itu." Pernyataan ini sangat signifikan. Galio secara tegas menolak campur tangan dalam perselisihan teologis. Ia melihat bahwa persoalan yang dibawa ke hadapannya adalah domain internal komunitas Yahudi itu sendiri, dan bukan urusan hukum Romawi. Ini memberikan perlindungan sementara bagi Paulus dan Injil yang ia beritakan di Korintus.

Kisah Rasul 18:15 bukan sekadar catatan tentang sebuah persidangan. Ini adalah gambaran tentang bagaimana iman Kristen berinteraksi dengan kekuatan dunia. Ayat ini menunjukkan bahwa pada fase awal penyebaran Injil, para rasul seringkali harus bergulat dengan kesalahpahaman dan permusuhan. Namun, seringkali juga mereka menemukan bahwa ada prinsip-prinsip keadilan dan kebijaksanaan yang dapat dimanfaatkan, atau setidaknya tidak menghalangi penyebaran Injil. Penolakan Galio untuk menghakimi urusan keagamaan memberikan ruang bagi Paulus untuk terus memberitakan Kristus. Ini adalah momen ketika otoritas sipil, alih-alih menjadi penghalang, justru secara tidak langsung memberikan kesempatan bagi kebenaran untuk diungkapkan. Perjumpaan penting ini menegaskan keteguhan para rasul dalam menghadapi kesulitan demi mengabarkan nama Yesus Kristus.