Kisah Rasul 18:6 - Paulus di Korintus

"Tetapi ketika mereka melawan dan menghujat, ia mengebaskan pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri! Aku bersih. Mulai sekarang aku akan pergi kepada bangsa lain.""
Terus Melangkah

Ilustrasi: Simbol pilihan jalan dan tujuan baru.

Konteks Pelayanan Paulus di Korintus

Kisah Para Rasul pasal 18 menceritakan periode pelayanan Rasul Paulus di kota Korintus, sebuah kota yang penting secara ekonomi dan budaya di Yunani kuno. Korintus dikenal sebagai kota yang kosmopolitan, penuh dengan keragaman budaya, tetapi juga rentan terhadap kebejatan moral dan penyembahan berhala.

Ketika Paulus tiba di Korintus, ia memulai pelayanannya dengan cara yang khas, yaitu bekerja sebagai pembuat kemah bersama Aquila dan Priskila. Keberadaan mereka di sana tidak hanya memberikan penghidupan, tetapi juga kesempatan untuk menjangkau orang-orang di sinagoge. Awalnya, Paulus banyak bersaksi kepada orang Yahudi, berargumentasi di sinagoge setiap hari Sabat dan berusaha meyakinkan orang Yahudi dan Yunani.

Konfrontasi dan Keputusan Tegas

Namun, seperti yang sering terjadi dalam pelayanan Paulus, ajaran Injil Kristus menimbulkan penolakan dan pertentangan. Di Korintus, perlawanan ini menjadi begitu kuat sehingga Paulus merasa terpaksa untuk membuat keputusan drastis. Ayat 18:6 mencatat momen krusial ketika Paulus menghadapi penolakan keras dari orang-orang Yahudi yang melawan dan menghujat.

Dalam menghadapi permusuhan tersebut, Paulus menunjukkan respons yang sangat signifikan. Ia mengebaskan pakaiannya, sebuah gestur simbolis yang berarti melepaskan diri dari tanggung jawab mereka. Tindakan ini bukan sekadar ekspresi frustrasi, melainkan pernyataan rohani bahwa ia tidak lagi terikat pada pertanggungjawaban atas keselamatan mereka. Kata-katanya, "Darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri! Aku bersih. Mulai sekarang aku akan pergi kepada bangsa lain," menekankan bahwa mereka telah memilih jalan mereka sendiri, dan keputusan untuk menolak Injil serta menghujat Kristus akan membawa konsekuensi pada diri mereka sendiri. Paulus menyatakan dirinya bersih dari segala dosa yang mungkin timbul akibat penolakan mereka.

Pergeseran Fokus Pelayanan

Keputusan Paulus untuk "pergi kepada bangsa lain" menandai pergeseran fokus yang penting dalam pelayanannya di Korintus. Meskipun ia sebelumnya berusaha menjangkau orang Yahudi, penolakan yang keras mendorongnya untuk lebih memusatkan energinya pada pelayanan kepada orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain). Ia kemudian pindah ke rumah Titius Yustus, seorang penyembah Allah, yang berada di sebelah sinagoge. Di sana, ia terus memberitakan Firman.

Ayat ini bukan hanya sebuah catatan sejarah, tetapi juga mengajarkan prinsip penting tentang ketekunan dalam menghadapi penolakan dan kebijaksanaan dalam mengarahkan pelayanan. Paulus tidak membiarkan permusuhan menghentikan misinya, melainkan menggunakannya sebagai dorongan untuk mengejar panggilan ilahi ke area pelayanan yang baru dan lebih luas. Ini adalah teladan keberanian dan kepercayaan kepada pimpinan Tuhan, bahkan ketika dihadapi dengan kesulitan yang berat.

Kisah ini menginspirasi para pelayan Injil untuk tetap setia pada panggilan Tuhan, bersabar dalam menghadapi kesulitan, dan bijak dalam menentukan di mana dan bagaimana mereka melayani, selalu mengandalkan hikmat dan kekuatan dari Allah.