"Dan hal ini diketahui oleh semua orang Yahudi dan orang Yunani yang diam di Efesus, dan ketakutanlah mereka semua, dan nama Tuhan Yesus dipermuliakan."
Ayat ke-17 dari pasal ke-19 dalam Kitab Kisah Para Rasul menggambarkan sebuah momen penting yang terjadi di kota Efesus. Peristiwa ini tidak hanya menggemparkan komunitas Yahudi dan Yunani yang ada di sana, tetapi juga menimbulkan kekaguman dan rasa hormat yang mendalam terhadap kuasa Tuhan Yesus. Kisah ini adalah bagian dari pelayanan Paulus di Efesus, sebuah kota pelabuhan yang ramai dan pusat keagamaan yang penting, terutama dengan keberadaan Kuil Artemis yang terkenal di dunia kuno.
Sebelum ayat ini, dikisahkan tentang intervensi ilahi yang kuat melalui pelayanan Paulus dan para rasul lainnya. Bahkan, barang-barang pribadi dari tubuh Paulus, seperti sapu tangan dan juga kain yang dikenakannya, dibawa kepada orang-orang sakit, dan mereka disembuhkan; bahkan roh-roh jahat pun keluar dari mereka. Fenomena luar biasa ini tentu menarik perhatian banyak orang, baik mereka yang sudah percaya maupun yang masih ragu. Kuasa yang nyata dan tak terbantahkan dari Tuhan Yesus mulai terlihat dan dirasakan secara langsung oleh banyak orang.
Ketika kabar tentang kesembuhan ajaib dan pengusiran roh jahat ini menyebar, rasa ingin tahu dan juga kekhawatiran mulai muncul. Terutama di kalangan orang Yahudi yang memiliki pemahaman tentang campur tangan ilahi, serta orang-orang Yunani yang terbiasa dengan berbagai cerita tentang dewa-dewi dan kekuatan supranatural. Namun, yang membedakan adalah sumber dari kuasa ini. Ini bukanlah sihir, bukan pula kekuatan dewa-dewi buatan manusia, melainkan kuasa dari Tuhan Yesus Kristus yang hidup.
Pernyataan "ketakutanlah mereka semua" dalam ayat ini menunjukkan reaksi emosional yang kuat. Ketakutan di sini bukanlah ketakutan yang melumpuhkan atau panik, melainkan ketakutan yang mengandung unsur kekaguman dan rasa hormat (reverential fear). Mereka sadar akan kebesaran dan kuasa yang sedang bekerja, kuasa yang jauh melampaui pemahaman dan pengalaman mereka sehari-hari. Mereka melihat bahwa Tuhan Yesus memiliki otoritas atas segala penyakit, penderitaan, dan bahkan kekuatan kegelapan.
Di tengah ketakutan dan kekaguman itu, muncullah pengakuan "dan nama Tuhan Yesus dipermuliakan." Ini adalah puncak dari peristiwa tersebut. Kekuatan yang ditunjukkan bukan untuk tujuan pribadi Paulus, melainkan untuk memuliakan nama Tuhan Yesus. Orang-orang menyadari bahwa di balik semua mukjizat itu, ada Pribadi yang Mahakuasa yang layak dihormati dan disembah. Mereka melihat Yesus bukan hanya sebagai seorang nabi atau guru, tetapi sebagai Anak Allah yang memiliki kuasa penyembuhan dan pembebasan. Kisah rasul 19:17 menjadi pengingat akan manifestasi nyata dari kuasa ilahi yang dapat mengubah pandangan, hati, dan kehidupan banyak orang, meninggalkan jejak kekaguman dan pemuliaan nama Tuhan.