Kisah Rasul 19 37

"Sebab kamu telah membawa orang-orang ini ke mari, yang bukan pendoa di rumah ibadat, dan yang bukan pula memiliki kitab-kitab Taurat. Maka kalau mereka dituduh melakukan sesuatu yang menyangkut dewi Artemis dan penghinaannya, kamu haruslah menyelesaikannya sendiri."

Kemarahan Sang Pengrajin Perak dan Dampaknya

Ayat yang tertera dalam Kitab Kisah Para Rasul pasal 19 ayat 37 ini merupakan puncak dari sebuah peristiwa dramatis di Efesus. Kisah ini berawal dari pelayanan Paulus yang membawa perubahan besar, bahkan hingga menggoyahkan sendi-sendi ekonomi kota yang bergantung pada pemujaan dewi Artemis. Artemis, atau Diana bagi bangsa Romawi, adalah dewi kesuburan dan perburuan yang sangat diagungkan di Efesus. Kuilnya yang megah menjadi pusat keagamaan dan wisata, menarik banyak peziarah serta menghasilkan pendapatan yang signifikan.

Salah satu pihak yang paling diuntungkan dari pemujaan Artemis adalah para pengrajin perak. Mereka membuat patung-patung kecil Artemis untuk dijual kepada para peziarah. Kedatangan Paulus dan pengaruh ajaran Kristus yang mulai menyebar membuat banyak orang meninggalkan berhala mereka. Hal ini tentu saja sangat merugikan para pengrajin ini, terutama Demetrius, yang memimpin perkumpulan para pengrajin perak. Demetrius melihat mata pencahariannya terancam oleh pemberitaan Injil.

KEBENARAN

Simbol perpecahan dan pencarian kebenaran.

Demonstrasi Massa dan Ketegangan Politik

Demetrius tidak tinggal diam. Ia mengumpulkan rekan-rekannya dan memprovokasi mereka dengan mengatakan bahwa Paulus telah merendahkan dewi Artemis dan bisnis mereka terancam. Ketakutan dan kemarahan massa berhasil dibangkitkan. Mereka berteriak, "Besarlah Artemis dewi orang Efesus!" dan bergegas menyeret beberapa pengikut Paulus, yaitu Gayus dan Aristarkhus, ke gedung teater.

Di tengah kekacauan itu, Paulus sebenarnya ingin maju ke hadapan orang banyak, namun ia dicegah oleh para pengikutnya dan bahkan oleh beberapa pejabat Romawi yang dikenal sebagai "agonotetai" (semacam pejabat kota). Mereka memahami bahwa situasi ini bisa berujung pada kerusuhan yang lebih besar dan bisa menarik perhatian dari pemerintah Romawi.

Campur Tangan Pemimpin Kota

Setelah kegaduhan berlangsung cukup lama, seorang juru tulis kota (sekretaris kota) akhirnya berhasil menenangkan massa. Dengan kebijaksanaan dan otoritasnya, ia mengingatkan orang banyak bahwa Efesus adalah penjaga kuil Artemis yang terhormat dan bahwa dewi itu sendiri tidak akan membiarkan kuilnya dihina. Ia kemudian menyoroti bahwa tindakan mereka yang menggeruduk dan menyerang orang tanpa bukti jelas adalah tindakan yang tidak proporsional.

Poin krusial yang disampaikan oleh juru tulis kota ini tercermin dalam Kisah Rasul 19:37. Ia menyatakan bahwa orang-orang yang dibawa ke hadapan mereka bukanlah pendoa di rumah ibadat, bukan pula memiliki kitab suci yang bisa digunakan sebagai dasar tuduhan. Ini menunjukkan bahwa tuduhan terhadap Paulus dan pengikutnya lebih bersifat subyektif dan didorong oleh kepentingan ekonomi serta prasangka, bukan oleh pelanggaran hukum yang konkret terkait pemujaan Artemis. Juru tulis itu menekankan bahwa jika ada perselisihan mengenai dewi Artemis atau penghinaannya, mereka yang menuduhlah yang seharusnya menyelesaikannya sendiri, menyiratkan bahwa kekacauan yang terjadi tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk diadili secara publik.

Pernyataan ini berhasil meredakan ketegangan. Orang banyak pun dibubarkan. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana kebenaran Injil, meskipun menghadapi perlawanan sengit, pada akhirnya dapat bersinar melalui hikmat dan keadilan, bahkan ketika berhadapan dengan kekuatan yang kuat dan kepentingan ekonomi yang besar. Kisah Rasul 19:37 menjadi bukti bahwa para pemimpin yang bijak dapat menengahi konflik dan menjaga ketertiban, sekaligus mengingatkan bahwa tuduhan tanpa dasar yang kuat tidak dapat dipertahankan di hadapan hukum dan keadilan.