Kisah Rasul 19:4

Tetapi Paulus berkata: "Yohanes membaptis dengan maksud pertobatan, dan ia berkata kepada umatnya, bahwa mereka harus percaya kepada Dia, yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus."

Ayat yang terambil dari Kisah Para Rasul pasal 19, ayat 4, ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam pelayanan Rasul Paulus. Kisah ini berlatar di kota Efesus, salah satu pusat peradaban dan perdagangan yang penting di Asia Kecil. Paulus, dalam perjalanan misinya yang kedua dan ketiga, terus berupaya untuk menyebarkan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada berbagai bangsa dan kota. Kunjungan Paulus ke Efesus kali ini bukanlah kali pertama ia mendengar tentang pengikut Kristus, namun ia menemukan sebuah situasi yang unik dan membutuhkan klarifikasi mendalam.

Saat tiba di Efesus, Paulus bertemu dengan sekelompok orang yang menyebut diri mereka sebagai murid-murid. Awalnya, Paulus mengira mereka adalah pengikut Kristus yang sejati, yang telah menerima ajaran dan baptisan dari para rasul. Namun, percakapan lebih lanjut mengungkapkan sebuah kesenjangan penting dalam pemahaman mereka. Mereka ternyata telah dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, seorang tokoh penting yang mendahului Yesus dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Yohanes memang mengajarkan tentang pertobatan dan pembaptisan sebagai tanda kesiapan menerima Sang Mesias yang akan datang.

Dalam dialognya, Paulus dengan bijak menjelaskan perbedaan fundamental antara misi Yohanes dan misi Yesus. Yohanes, seperti yang ditegaskan dalam ayat ini, "membaptis dengan maksud pertobatan." Ini berarti baptisan yang dilakukan Yohanes adalah sebuah simbol penyesalan atas dosa-dosa dan kesiapan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Yohanes adalah seorang nabi yang diutus untuk mempersiapkan hati manusia agar terbuka menerima kedatangan Juruselamat. Ia telah menjalankan tugasnya dengan setia, menyerukan pertobatan kepada seluruh umat Israel, dan menunjukkan arah kepada Kristus.

Pesan kunci dari perkataan Paulus adalah bahwa Yohanes sendiri telah mengarahkan pengikutnya untuk "percaya kepada Dia, yang datang kemudian daripadanya, yaitu Yesus." Ini menunjukkan kesinambungan rohani yang kuat. Yohanes bukanlah tujuan akhir, melainkan pembuka jalan. Ajaran dan pelayanannya berpuncak pada pengenalan dan iman kepada Yesus Kristus, Anak Allah. Paulus menegaskan bahwa iman yang sejati tidak berhenti pada tahapan pertobatan yang diajarkan Yohanes, tetapi harus berlanjut pada penerimaan pribadi terhadap Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang melalui kematian dan kebangkitan-Nya memberikan pengampunan dosa yang sesungguhnya dan kehidupan kekal.

Kisah ini mengajarkan kita pentingnya pemahaman yang utuh tentang iman Kristen. Kita diajak untuk tidak hanya berhenti pada tahapan awal, seperti pengakuan dosa dan pertobatan, melainkan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Keyakinan bahwa Yesus adalah Sang Mesias yang dijanjikan, yang menebus dosa-dosa kita, adalah inti dari iman yang menyelamatkan. Pelayanan Paulus di Efesus dilanjutkan dengan pengajaran yang lebih mendalam mengenai Yesus, bahkan ia membaptis ulang mereka dalam nama Tuhan Yesus, yang menandakan permulaan baru dalam pemahaman iman mereka yang lebih lengkap dan benar. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan setiap orang percaya untuk selalu mengarahkan pandangannya pada Yesus Kristus, sumber keselamatan dan kehidupan yang sejati.