"Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya orang yang berpegang pada pengharapan dapat bertekun karena harapan yang diberikan oleh Kitab Suci." (Roma 15:4)
Kisah Para Rasul pasal 20 membuka lembaran baru dengan perjalanan misionaris Rasul Paulus yang luar biasa. Setelah melewati berbagai kota dan mendirikan jemaat-jemaat baru, Paulus kembali ke Asia Kecil. Bagian ini menyoroti pertemuan perpisahannya yang mengharukan dengan para penatua jemaat di Efesus. Paulus memberikan nasihat yang penuh kasih dan otoritas, mengingatkan mereka akan tanggung jawab mereka dalam menjaga kawanan domba Allah. Ia menekankan pentingnya pelayanan yang rendah hati, tanpa pamrih, dan selalu waspada terhadap ajaran sesat yang akan datang. Nasihat ini menjadi pengingat abadi bagi para pemimpin gereja di segala zaman. Paulus tidak hanya berbicara tentang tugas mereka, tetapi juga tentang kesiapannya untuk menghadapi penderitaan demi Kristus, menunjukkan keteladanan yang kuat bagi pengikutnya.
Perjalanan Paulus menuju Yerusalem digambarkan dengan penuh ketegangan. Meskipun ia telah diperingatkan oleh berbagai tanda dan nabi mengenai bahaya yang menantinya di kota suci itu, tekadnya untuk memenuhi panggilan Allah tetap bulat. Ia didorong oleh kerinduannya untuk menyelesaikan tugasnya dan membawa persembahan bagi orang-orang percaya di Yerusalem. Di sepanjang perjalanan, para sahabat dan jemaat mencoba menahannya, menyuarakan kekhawatiran mereka, namun Paulus tidak gentar. Ia melihat ini sebagai bagian dari rencana ilahi yang lebih besar, sebuah penyerahan diri total kepada kehendak Tuhan, bahkan jika itu berarti menghadapi penangkapan dan penderitaan. Bab ini menunjukkan keberanian dan pengabdian Paulus yang tak tergoyahkan.
Setibanya di Yerusalem, Paulus disambut dengan sukacita oleh Yakobus dan para penatua. Namun, situasi di kota itu sangatlah pelik. Terdapat banyak orang Yahudi yang baru bertobat namun tetap berpegang teguh pada tradisi Musa, dan ada desas-desus bahwa Paulus mengajarkan penolakan terhadap hukum Taurat. Untuk meredakan ketegangan dan menunjukkan rasa hormatnya, Paulus mengambil langkah untuk menyucikan diri bersama beberapa orang. Sayangnya, di Bait Suci, ia dikenali dan menjadi sasaran amarah massa yang menyerangnya. Dalam situasi kritis inilah, Paulus diberi kesempatan untuk memberikan kesaksiannya di hadapan kerumunan, menceritakan kisah pertobatannya yang dramatis di jalan menuju Damaskus. Ia bersaksi tentang pertemuannya dengan Kristus yang bangkit dan bagaimana hidupnya diubah total.
Setelah berhasil diselamatkan dari amukan massa oleh para serdadu Romawi, Paulus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Yahudi (Sanhedrin). Di sana, ia dengan cerdik memecah belah para Farisi dan Saduki dengan menyatakan dirinya sebagai orang Farisi yang percaya pada kebangkitan. Situasi kembali memanas, dan ia kembali diselamatkan dari kekerasan. Malam itu, Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya, menguatkannya dan meyakinkannya bahwa ia akan bersaksi tentang Dia di Roma, sama seperti ia telah bersaksi di Yerusalem. Bab ini menunjukkan bagaimana Tuhan bekerja untuk melindungi hamba-Nya, bahkan di tengah permusuhan dan intrik. Perjalanan ke Roma, yang telah dinubuatkan, mulai terwujud melalui serangkaian kejadian yang menegangkan namun penuh dengan campur tangan ilahi. Bab-bab ini memberikan gambaran mendalam tentang perjuangan para rasul dalam menyebarkan Injil dan keteguhan iman mereka di hadapan berbagai tantangan.