Kisah Rasul 20:26 - Tanda Pengingat yang Kekal

"Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih dari darah semua manusia."

Kisah Para Rasul 20:26 memuat sebuah pernyataan yang sangat kuat dan penuh makna dari Rasul Paulus. Pernyataan ini diucapkannya saat perpisahan terakhirnya dengan para penatua jemaat di Efesus. Kata-kata ini bukan sekadar ucapan perpisahan biasa, melainkan sebuah kesaksian yang diangkat Paulus di hadapan Tuhan dan seluruh hadirin. Ia menyatakan bahwa dirinya bersih dari tanggung jawab darah rohani terhadap mereka, yang berarti ia telah melakukan segala yang diamanahkan Tuhan kepadanya untuk disampaikan dan diajarkan kepada mereka.

Dalam konteks ini, "darah semua manusia" merujuk pada tanggung jawab untuk menyebarkan Injil keselamatan dan peringatan akan penghakiman. Paulus, sebagai seorang rasul yang dipilih Tuhan, memiliki tugas berat untuk memberitakan kebenaran Firman Tuhan tanpa takut dan tanpa pilih kasih. Ia telah berjuang, mengorbankan segalanya, dan melalui berbagai penderitaan demi pelayanan ini. Oleh karena itu, ketika ia menyatakan dirinya bersih, itu berarti ia telah setia menunaikan tugasnya. Ia tidak menyembunyikan kebenaran atau mengabaikan mereka yang membutuhkan peringatan.

Ayat ini mengajarkan kita pentingnya integritas dan kesetiaan dalam setiap panggilan yang Tuhan berikan. Baik itu dalam pelayanan gerejawi, pekerjaan, keluarga, atau interaksi sehari-hari, kita dipanggil untuk hidup jujur dan bertanggung jawab. Paulus tidak mencari pujian atau pengakuan manusia, melainkan ia mempersiapkan dirinya untuk menghadap Tuhan. Pernyataan "bersih dari darah semua manusia" adalah kesaksian bahwa ia telah memberikan yang terbaik, tidak menyisakan apa pun yang seharusnya disampaikan.

Perpisahan di Miletus ini merupakan momen yang emosional. Paulus tahu bahwa ia tidak akan bertemu lagi dengan para penatua Efesus ini di dunia ini. Ia telah mencurahkan hati dan tenaganya untuk membangun dan memperkuat jemaat di sana. Ia telah memperingatkan mereka akan datangnya pengajar-pengajar sesat dan mendesak mereka untuk tetap teguh dalam ajaran yang benar. Komitmen Paulus terhadap kebenaran dan kesejahteraan rohani jemaat sungguh luar biasa. Ia memberikan teladan bagaimana seharusnya seorang pemimpin rohani bertindak: penuh kasih, berani, dan teguh pada prinsip.

Kisah Rasul 20:26 juga bisa menjadi sebuah refleksi pribadi bagi setiap orang percaya. Apakah kita sudah setia dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang Tuhan berikan dalam hidup kita? Apakah kita sudah menjadi garam dan terang di tengah dunia? Pernyataan Paulus mengingatkan kita untuk terus memeriksa hati dan motivasi kita. Kita tidak ingin di akhir hidup kita memiliki penyesalan karena kelalaian atau ketidaksetiaan. Mari kita belajar dari keteladanan Paulus untuk hidup dengan integritas, mencintai kebenaran, dan melayani Tuhan dengan segenap hati, sehingga kita pun kelak bisa mengatakan dengan keyakinan yang sama, bahwa kita telah menunaikan tugas dari Tuhan. Kebersihan dari "darah" ini adalah kesaksian yang paling berharga di hadapan Pencipta.