"Baik emas maupun perak atau pakaian orang seorang pun tidak pernah aku ingini."
Ayat dari Kisah Para Rasul 20:33 ini merupakan sebuah pengakuan berharga dari Rasul Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus. Pengakuan ini bukan sekadar ucapan, melainkan sebuah cerminan dari gaya hidup dan pelayanannya yang penuh integritas dan pengabdian yang tulus. Dalam momen perpisahan yang emosional, Paulus menyoroti prinsip-prinsip yang menjadi landasan pelayanannya, salah satunya adalah sikapnya yang tidak materialistis.
Paulus mengingatkan para pemimpin jemaat tentang bagaimana ia menjalani pelayanannya di tengah-tengah mereka. Ia tidak pernah berusaha mencari keuntungan pribadi, baik itu dalam bentuk harta benda yang berharga seperti emas dan perak, maupun dalam bentuk pakaian yang mungkin bisa menunjang status sosialnya. Fokus utamanya adalah penyebaran Kabar Baik Kerajaan Allah, bukan pada akumulasi kekayaan duniawi.
Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat relevan bagi kita di zaman sekarang. Materialisme seringkali menjadi godaan besar yang dapat mengalihkan fokus dari tujuan yang lebih mulia. Pengakuan Paulus menegaskan bahwa pelayanan sejati dibangun di atas fondasi kasih, ketulusan, dan pengorbanan, bukan atas dasar keinginan untuk memperoleh keuntungan materi.
Lebih dari sekadar tidak mengambil, Paulus juga menekankan pentingnya memberi. Dalam konteks pelayanannya, ia bekerja keras dengan tangan-tangannya sendiri, seringkali sebagai pembuat tenda, untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan mereka yang menyertainya. Hal ini menunjukkan kemandirian dan kesediaan untuk berkorban demi Injil. Ia tidak membebani jemaat, bahkan sebaliknya, ia memberikan teladan bagaimana seharusnya seorang pelayan yang setia.
Pesan dalam Kisah Para Rasul 20:33 ini mengingatkan kita untuk senantiasa memeriksa hati dan motivasi kita dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam pelayanan. Apakah kita terdorong oleh keinginan untuk kemuliaan pribadi dan keuntungan materi, ataukah kita benar-benar melayani dengan hati yang murni, sebagaimana dicontohkan oleh Rasul Paulus? Ketulusan dalam pelayanan akan membuahkan hasil yang kekal dan menjadi kesaksian yang kuat bagi orang lain.
Kita diajak untuk meneladani semangat Paulus yang tidak terikat pada dunia materi. Pelayanannya yang tanpa pamrih, yang menempatkan kepentingan Kerajaan Allah di atas segalanya, adalah sumber inspirasi yang tak ternilai. Ia membuktikan bahwa kesuksesan sejati dalam pelayanan tidak diukur dari kekayaan yang dikumpulkan, melainkan dari kesetiaan kepada panggilan ilahi dan dampak positif yang dihasilkan bagi jiwa-jiwa.
Mari kita merenungkan pengakuan Paulus ini dan menjadikannya sebagai panduan dalam kehidupan kita. Dengan menjauhkan diri dari keserakahan dan fokus pada nilai-nilai rohani, kita dapat menjadi pribadi yang lebih setia dan berharga di mata Tuhan, serta menjadi berkat bagi sesama. Kisah rasul-rasul ini, termasuk pengakuan Paulus dalam Kisah Para Rasul 20:33, terus menjadi sumber kekuatan dan inspirasi untuk terus maju dalam perjalanan iman, dengan hati yang penuh pengabdian dan kasih.