Kitab Ezra, sebuah narasi penting dalam sejarah Israel, mencatat kembalinya umat Allah dari pembuangan di Babel. Ayat-ayat seperti Ezra 2:35 memberikan gambaran rinci tentang siapa saja yang turut serta dalam rombongan besar ini. Dalam ayat tersebut, kita menemukan penyebutan tiga kelompok keluarga: Yoyarib, Yekam, dan Zanoah. Masing-masing dengan jumlah anggotanya yang tercatat, yaitu lima ratus enam puluh lima orang. Angka ini mungkin tampak seperti sekadar statistik, namun di balik deretan angka tersebut tersimpan kisah tentang ketekunan, harapan, dan kesetiaan kepada Tuhan.
Para ahli tafsir sering kali mengaitkan nama-nama ini dengan fungsi atau asal usul tertentu. Yoyarib, misalnya, sering dihubungkan dengan kelompok imam atau keluarga terkemuka. Yekam dan Zanoah juga merujuk pada garis keturunan yang memiliki peran dalam struktur sosial dan keagamaan pada masa itu. Keberadaan mereka dalam daftar ini menegaskan bahwa kembalinya umat Allah bukanlah sekadar upaya untuk membangun kembali tembok kota Yerusalem atau Bait Suci, melainkan juga upaya untuk memulihkan tatanan kehidupan rohani dan komunal.
Penting untuk merenungkan makna di balik pencatatan nama dan jumlah anggota keluarga ini. Dalam konteks Alkitab, pencatatan nama sering kali menunjukkan pentingnya individu dan peran mereka dalam rencana Tuhan. Kelompok Yoyarib, Yekam, dan Zanoah, dengan total lima ratus enam puluh lima orang, mewakili bagian dari umat yang merespons panggilan ilahi untuk kembali ke tanah perjanjian. Mereka meninggalkan kemapanan di Babel demi tugas yang berat namun mulia di Yerusalem. Ini adalah pengorbanan yang tidak kecil, melibatkan risiko dan tantangan yang tidak sedikit.
Daftar ini juga mengingatkan kita akan keberagaman dalam umat Allah. Meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka bersatu dalam tujuan yang sama. Semangat kebersamaan ini sangat krusial dalam menghadapi berbagai kesulitan yang akan mereka temui. Membangun kembali Yerusalem bukanlah tugas yang bisa diselesaikan oleh satu kelompok saja, melainkan memerlukan kolaborasi dan kontribusi dari berbagai elemen masyarakat.
Kitab Ezra memberikan bukti kuat bahwa Tuhan tidak melupakan umat-Nya, bahkan setelah masa pembuangan yang panjang. Perintah untuk kembali dan membangun kembali Bait Suci adalah manifestasi dari pemeliharaan ilahi. Ayat Ezra 2:35, bersama dengan ayat-ayat lain dalam pasal ini, menjadi pengingat akan setia Tuhan kepada janji-janji-Nya dan kepada umat yang Dia pilih. Ini adalah kisah tentang bagaimana generasi yang berbeda, dengan nama-nama dan jumlah mereka yang unik, turut berperan dalam penggenapan rencana-Nya.
Lebih jauh lagi, penyebutan nama-nama ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk merefleksikan warisan rohani kita. Seperti keturunan Yoyarib, Yekam, dan Zanoah yang dipanggil untuk membangun kembali, kita pun dipanggil untuk berkontribusi dalam pembangunan kerajaan Allah di masa kini. Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana kita sebagai individu dan komunitas gereja merespons panggilan tersebut? Apakah kita siap untuk meninggalkan kenyamanan demi tugas yang lebih besar? Apakah kita mengakui peran penting setiap anggota dalam membangun gereja yang kuat dan sehat? Kitab Ezra, melalui detail-detail seperti Ezra 2:35, terus berbicara kepada kita dari masa lalu, menawarkan pelajaran yang relevan untuk masa kini.