Kisah Rasul 20:38

Dan sambil menangis mereka semua tersungkur di leher Paulus dan menciumnya, berdukacita terutama karena perkataannya bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal.

Momen Perpisahan yang Penuh Haru Di Miletus

Gambaran artistik momen perpisahan haru di Miletus.

Ayat dari Kisah Para Rasul 20:38 melukiskan sebuah adegan yang begitu emosional, sebuah momen perpisahan yang tak terlupakan di kota Miletus. Rasul Paulus, setelah menjalani misi penginjilan yang panjang dan melelahkan, memanggil para tua-tua jemaat dari Efesus untuk bertemu dengannya. Pertemuan ini bukanlah sekadar sebuah pertemuan biasa, melainkan sebuah wadah untuk menyampaikan pesan terakhir, nasihat berharga, dan yang terpenting, sebuah perpisahan yang penuh kesedihan dan air mata.

Dalam pertemuan di Miletus itu, Paulus tidak menyembunyikan apa yang akan menimpanya. Ia dengan jujur menyatakan bahwa ini adalah kali terakhir ia akan melihat wajah mereka. Pernyataan yang menyentuh ini menggugah hati para tua-tua jemaat hingga mereka tak kuasa menahan tangis. Mereka yang telah mengasihi dan melayani Paulus sebagai pemimpin rohani mereka, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa perpisahan ini bersifat permanen. Rasa duka yang mendalam terlihat jelas dalam tindakan mereka; mereka semua tersungkur di leher Paulus, memeluknya, dan menciumnya sebagai ungkapan kasih sayang yang tulus dan rasa kehilangan yang begitu besar.

Adegan ini bukan sekadar gambaran fisik dari sebuah perpisahan, namun juga mencerminkan ikatan spiritual yang kuat yang telah terjalin antara Paulus dan umat yang ia layani. Paulus telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk memberitakan Injil, menghadapi berbagai tantangan dan penganiayaan demi membawa kabar baik kepada bangsa-bangsa. Dalam perjalanannya, ia tidak hanya menjadi seorang pengajar, tetapi juga seorang bapa rohani yang peduli, yang menanamkan benih-benih iman dan membimbing jemaat dalam kebenaran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika perpisahannya meninggalkan luka mendalam di hati mereka.

Perpisahan di Miletus ini menjadi salah satu momen paling mengharukan dalam catatan pelayanan Paulus. Ini menunjukkan bahwa para hamba Tuhan, meskipun memiliki panggilan ilahi dan kekuatan dari Roh Kudus, tetaplah manusia yang merasakan kasih, ikatan, dan kesedihan ketika harus berpisah dengan orang-orang yang mereka kasihi dan layani. Air mata yang mengalir dari mata para tua-tua Efesus adalah bukti betapa berharga kehadiran Paulus dalam kehidupan mereka, dan betapa beratnya kehilangan seorang gembala yang telah membimbing mereka dengan setia. Perkataan Paulus bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi menjadi pukulan emosional yang luar biasa, menggema dalam hati mereka dan mengantar mereka dalam suasana duka yang mendalam saat mengantar Paulus ke kapal. Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kasih persaudaraan, pengabdian tanpa pamrih, dan dampak mendalam seorang pelayan Tuhan dalam kehidupan umatnya.