Ayat Mazmur 90:6 ini seringkali dikutip untuk menggambarkan betapa singkatnya kehidupan manusia di dunia ini. Dalam perspektif kekal Tuhan, rentang usia manusia yang kita anggap panjang, sesungguhnya hanyalah sekejap mata. Perbandingan yang digunakan, yaitu tumbuhan yang tumbuh subur di pagi hari namun sudah layu di petang hari, memberikan gambaran visual yang kuat tentang kerapuhan dan kefanaan eksistensi kita.
Kekuatan dari perumpamaan ini terletak pada kesederhanaannya. Siapa pun dapat membayangkan siklus cepat dari kehidupan dan kematian pada sebuah tanaman. Pagi hari melambangkan masa muda, pertumbuhan, dan penuh vitalitas. Sore hari, di sisi lain, mewakili penurunan, kelelahan, dan akhir dari masa aktif. Demikianlah, menurut Mazmur ini, kehidupan manusia berjalan—penuh semangat di awal, namun tak terhindarkan akan menuju senja dan keheningan.
Namun, ayat ini tidak dimaksudkan untuk menjadi pesan keputusasaan. Sebaliknya, bagi banyak orang beriman, Mazmur 90:6 adalah pengingat yang berharga. Ketika kita menyadari betapa singkatnya waktu yang diberikan, dorongan untuk hidup dengan lebih berarti muncul. Kita diingatkan untuk tidak menyia-nyiakan setiap momen yang ada. Setiap detik, setiap jam, setiap hari adalah anugerah yang patut disyukuri dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu yang singkat ini dengan bijak? Ayat ini mengundang kita untuk merenung. Apakah kita mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang benar-benar penting? Apakah kita membangun hubungan yang kuat, memberikan kontribusi positif bagi sesama, dan bertumbuh dalam iman dan pemahaman? Atau apakah kita terjebak dalam kesibukan yang sia-sia, mengejar hal-hal duniawi yang akan berlalu begitu saja?
Mazmur 90, secara keseluruhan, ditulis oleh Musa, seorang pemimpin yang telah melalui banyak hal dalam hidupnya, termasuk melihat banyak generasi berlalu. Pengalamannya memberinya perspektif yang mendalam tentang sifat fana manusia dibandingkan dengan keabadian Tuhan. Ayat 6 ini adalah inti dari refleksi tersebut, menyoroti kebutuhan mendesak untuk hidup dengan kesadaran akan keterbatasan waktu kita.
Oleh karena itu, mari kita ambil Mazmur 90:6 bukan sebagai vonis, melainkan sebagai undangan. Undangan untuk hidup dengan penuh kesadaran, penuh makna, dan penuh rasa syukur. Gunakan setiap pagi sebagai kesempatan untuk bertumbuh, dan jadikan setiap hari sebagai momen untuk memberikan yang terbaik. Karena di hadapan Sang Pencipta yang kekal, kehidupan kita bagaikan setitik embun di pagi hari yang akan segera menguap. Marilah kita menjadikan embun itu bersinar cemerlang sebelum menghilang. Renungkanlah kehidupan Anda, berikan makna pada setiap langkah, dan hiduplah untuk kemuliaan yang lebih besar.