"Sebab kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8)
Bab 21 hingga 28 dari Kitab Kisah Para Rasul mencatat periode krusial dalam pelayanan Rasul Paulus. Periode ini ditandai dengan perjalanan misionarisnya yang ketiga, yang membawanya melintasi berbagai wilayah di Asia Kecil dan Yunani, serta kunjungan yang penuh makna ke Yerusalem. Setiap langkah yang diambil Paulus tidak hanya diwarnai oleh semangat memberitakan Injil Kristus, tetapi juga oleh tantangan yang tak terduga, penolakan, dan bahkan penganiayaan. Namun, di tengah segala kesulitan, ketabahan dan imannya kepada Tuhan tetap teguh.
Dalam perjalanan ini, Paulus tidak sendirian. Ia didampingi oleh rekan-rekan seiman yang setia, yang turut ambil bagian dalam pelayanan ini. Mereka menghadapi berbagai reaksi dari masyarakat, mulai dari penerimaan yang hangat oleh beberapa jemaat hingga permusuhan sengit dari pihak-pihak yang menentang ajaran Kristen. Terdapat momen-momen penuh sukacita saat banyak orang menerima Kristus, namun juga saat-saat penuh bahaya yang menguji keberanian dan kepercayaan mereka.
Perjalanan Paulus menuju Yerusalem pada pasal 21 menandai sebuah titik balik yang dramatis. Meskipun diperingatkan oleh Roh Kudus mengenai bahaya yang menantinya, Paulus tetap bertekad untuk pergi, dipenuhi dengan keyakinan bahwa Tuhan akan menolongnya. Setibanya di Yerusalem, ia ditangkap oleh orang Yahudi karena kesalahpahaman dan tuduhan yang tidak berdasar. Penangkapan ini menjadi awal dari serangkaian peristiwa yang membawanya ke pengadilan di hadapan berbagai pejabat Romawi, termasuk Feliks, Festus, dan akhirnya Raja Agripa.
Meskipun dipenjara dan menghadapi ancaman hukuman mati, Paulus menggunakan setiap kesempatan untuk bersaksi tentang Yesus Kristus. Kesaksiannya yang penuh hikmat dan keberanian di hadapan para penguasa seringkali membuat mereka terkesan, bahkan ada yang nyaris menjadi Kristen. Puncaknya, sebagai warga negara Romawi, Paulus mengajukan banding kepada Kaisar, yang membawanya dalam perjalanan laut menuju Roma. Perjalanan ini tidak kalah dramatis, penuh dengan badai dan ancaman bahaya, namun sekali lagi, Tuhan menjaga hamba-Nya.
Setibanya di Roma, meskipun dalam keadaan terbelenggu, Paulus tidak berhenti dari pelayanannya. Ia diizinkan untuk tinggal di rumahnya sendiri dengan penjagaan seorang prajurit. Dari sana, ia terus mengundang orang-orang untuk datang kepadanya, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi. Bab terakhir dari Kisah Para Rasul menggambarkan bagaimana Paulus, dengan sabar dan gigih, memberitakan Kerajaan Allah serta mengajarkan segala sesuatu tentang Yesus Kristus, dari pagi hingga petang.
Kisah rasul 21-28 menunjukkan kekuatan iman yang tak tergoyahkan di tengah cobaan. Pelayanan Paulus bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah misi rohani yang membawa terang Injil ke berbagai penjuru dunia, bahkan hingga ke jantung kekaisaran Romawi. Ketabahannya, keberaniannya dalam menghadapi kesulitan, dan kesetiaannya pada panggilan Tuhan menjadi teladan inspiratif bagi setiap orang yang ingin melayani dan menyaksikan Kristus. Kisah ini menegaskan bahwa bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun, firman Tuhan terus menyebar dan Injil terus memberitakan harapan.