Kisah Rasul 21:37 - Paulus di Yerusalem

Kisah Para Rasul 21:37
"Dan ketika Paulus hendak dibawa masuk ke dalam benteng, ia berkata kepada kepala pasukan: "Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?" Jawab orang itu: "Bisakah engkau berbahasa Yunani?"
P T Pintu Benteng

Ayat Kisah Para Rasul 21:37 membuka sebuah adegan dramatis yang terjadi di Yerusalem. Rasul Paulus, setelah menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan, akhirnya tiba di kota suci ini. Namun, kedatangannya justru disambut dengan kerumunan yang marah dan tuduhan palsu. Dalam kekacauan tersebut, para prajurit Romawi bertindak untuk menyelamatkan nyawanya dari amukan massa.

Di saat yang genting itu, ketika Paulus hendak digiring masuk ke dalam benteng Antonius, ia menunjukkan ketenangan dan keberanian yang luar biasa. Ia tidak panik atau melawan dengan kekerasan. Sebaliknya, ia meminta izin kepada kepala pasukan Romawi untuk berbicara. Permintaan ini sungguh tak terduga dalam situasi yang mencekam. Kepala pasukan, yang tampaknya terkejut dengan keberanian Paulus, kemudian melontarkan pertanyaan yang cukup spesifik: "Bisakah engkau berbahasa Yunani?"

Pertanyaan ini bukanlah sekadar keingintahuan belaka, melainkan sebuah celah kesempatan. Bahasa Yunani Koine adalah lingua franca pada masa itu, yang digunakan di seluruh wilayah Mediterania Timur, termasuk di Yerusalem. Kefasihan Paulus dalam berbahasa Yunani menandakan bahwa ia memiliki latar belakang pendidikan yang baik dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai kalangan, termasuk para pejabat Romawi. Ini adalah momen krusial yang memungkinkan Paulus untuk memperkenalkan dirinya dan menjelaskan situasinya dengan cara yang dapat dipahami oleh pihak berwenang.

Kisah ini menyoroti beberapa aspek penting dari pelayanan dan karakter Rasul Paulus. Pertama, keberaniannya di hadapan bahaya. Meskipun dikelilingi oleh ancaman, ia tetap fokus pada misi utamanya: memberitakan Injil. Kedua, kebijaksanaannya dalam mencari cara untuk berkomunikasi dan membela diri. Ia tidak membiarkan situasi mendikte tindakannya, melainkan menggunakan kemampuannya untuk membuka dialog. Ketiga, penekanannya pada pentingnya pemahaman lintas budaya. Dengan mampu berbicara dalam bahasa Yunani, Paulus dapat menjembatani kesenjangan budaya dan agama, serta menjelaskan kebenaran Injil kepada mereka yang mungkin memiliki prasangka.

Ayat ini merupakan pintu gerbang menuju bagian penting dari Kisah Para Rasul, di mana Paulus akan memberikan pembelaan diri yang panjang dan penuh makna. Dari momen ini, kita belajar bahwa ketenangan, keberanian, dan kemampuan berkomunikasi adalah alat yang ampuh dalam menghadapi kesulitan dan menyampaikan pesan kebenaran, bahkan di tengah kebisingan dan permusuhan.