Kisah Rasul 21:39

"Saya seorang Yahudi, seorang warga Tarsus di Kilikia, seorang warga kota yang tidak kecil. Izinkanlah saya berbicara kepada orang banyak itu."

Ilustrasi Paulus berbicara di Yerusalem

Dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 21, ayat 39, kita menemukan momen dramatis ketika Rasul Paulus berada di Yerusalem. Setelah perjalanan misinya yang panjang dan penuh tantangan, Paulus akhirnya tiba di kota suci ini. Namun, kedatangannya tidak disambut dengan tangan terbuka oleh semua orang. Suasana di Yerusalem sedang memanas, dipenuhi ketegangan antara komunitas Yahudi dan pengikut baru Yesus.

Pasal ini menceritakan bagaimana Paulus diperingatkan berkali-kali untuk tidak melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Para rasul dan penatua, yang mendengar tentang bahaya yang mengintainya, menasihatinya untuk berhati-hati. Namun, Paulus memiliki panggilan yang lebih besar dan keyakinan yang teguh pada kehendak Tuhan. Ia merasa terpanggil untuk tetap pergi ke Yerusalem, meski ia sadar akan risiko yang harus dihadapinya. Keyakinannya yang mendalam pada Tuhan memberinya kekuatan untuk menghadapi ketidakpastian dan potensi bahaya.

Ketika tiba di Yerusalem, situasi menjadi semakin rumit. Sebagian orang Yahudi yang percaya kepada Yesus masih sangat terikat dengan hukum Taurat. Mereka menuduh Paulus mengajarkan orang-orang Yahudi di perantauan untuk meninggalkan Musa, dengan mengatakan agar mereka tidak menyunat anak-anak mereka maupun mengikuti adat istiadat mereka. Tuduhan ini menyulut kemarahan di antara banyak orang Yahudi di Yerusalem.

Kekacauan pun terjadi. Paulus diserang dan hampir tewas di pelataran Bait Allah. Tentara Romawi harus turun tangan untuk menyelamatkannya dari amukan massa. Dalam situasi yang genting ini, ketika ia dibawa ke benteng, Paulus meminta izin kepada kepala pasukan untuk berbicara kepada orang banyak yang masih marah. Inilah momen krusial yang dicatat dalam Kisah Rasul 21:39. Permintaan Paulus sederhana namun penuh keyakinan: "Saya seorang Yahudi, seorang warga Tarsus di Kilikia, seorang warga kota yang tidak kecil. Izinkanlah saya berbicara kepada orang banyak itu."

Pernyataan Paulus ini sangat penting. Ia menekankan identitasnya sebagai seorang Yahudi yang taat, berasal dari kota Tarsus yang terkenal. Dengan menyebutkan status kewarganegaraannya yang terkemuka, ia berusaha untuk menarik perhatian dan otoritas di mata pendengarnya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia bukanlah orang asing yang datang untuk merusak tradisi mereka, melainkan seorang dari antara mereka yang memiliki pemahaman mendalam tentang warisan Yahudi. Tarsus, kota kelahirannya, bukanlah kota kecil, melainkan pusat pendidikan dan budaya yang penting, memberikan bobot pada klaimnya.

Kisah ini menyoroti keberanian Paulus, kemampuannya untuk berkomunikasi di tengah krisis, dan strateginya dalam menggunakan latar belakangnya untuk meredakan ketegangan. Ia tidak gentar menghadapi massa yang penuh amarah, melainkan memilih untuk menggunakan kesempatan itu untuk memberikan kesaksian. Permintaan ini menjadi awal dari pidato pembelaannya yang legendaris di hadapan orang banyak dan kemudian di hadapan para pemimpin Yahudi dan Romawi, yang tercatat dalam pasal-pasal selanjutnya. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana iman, keberanian, dan kebijaksanaan dapat bersatu dalam menghadapi kesulitan terbesar sekalipun.