Kisah Rasul 22:10 - Jawaban Ilahi

"Lalu aku berkata: 'Ya Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?'"

Kisah Para Rasul pasal 22 ayat 10 menceritakan sebuah momen krusial dalam hidup Saulus, yang kelak dikenal sebagai Rasul Paulus. Peristiwa ini terjadi di tengah perjalanan menuju Damsyik, di mana Saulus, seorang penganiaya gereja yang gigih, dikejutkan oleh sebuah cahaya yang terang benderang dari langit dan suara yang memanggilnya. Dalam kebingungan dan ketakutan, ia jatuh ke tanah. Suara itu adalah suara Yesus Kristus sendiri, yang menegurnya atas penganiayaannya terhadap pengikut-Nya.

Ketika Saulus telah bangkit dari tanah dan matanya terbuka, ia tidak dapat melihat apa pun. Orang-orang yang menyertainya harus menuntunnya masuk ke Damsyik. Di sana, ia tinggal dalam kegelapan selama tiga hari, tidak makan dan tidak minum, merenungkan apa yang baru saja terjadi. Momen ini adalah titik balik yang luar biasa. Hati Saulus yang sebelumnya penuh dengan kebencian dan keinginan untuk memusnahkan Kekristenan, kini mulai diliputi oleh keraguan dan pertanyaan. Ia telah menyaksikan secara langsung kebangkitan Kristus, dan kebenaran Injil yang sebelumnya ia tolak, kini mulai mengguncang fondasi keyakinannya.

Dalam kegelapan dan keheningan Damaskus, Saulus berada pada titik terendahnya. Ia telah kehilangan penglihatannya, dan dalam arti spiritual, ia juga telah dibutakan oleh agamanya sendiri selama bertahun-tahun. Namun, justru dalam kehampaan itulah, ia menemukan ruang untuk mencari kebenaran yang sejati. Pertanyaan yang terucap dari bibirnya, "Ya Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?", bukanlah sekadar pertanyaan retoris. Itu adalah seruan tulus dari jiwa yang mencari arah, kebenaran, dan keselamatan. Ini adalah pengakuan atas ketidaktahuannya dan kesiapannya untuk menerima petunjuk ilahi.

Jawaban atas pertanyaan Saulus datang melalui Ananias, seorang percaya Kristen di Damsyik. Tuhan memerintahkan Ananias untuk pergi ke rumah Yudas di Jalan Lurus dan mencari seorang bernama Saulus dari Tarsus. Ananias awalnya ragu, mengingat reputasi Saulus sebagai penganiaya gereja. Namun, Tuhan meyakinkannya bahwa Saulus telah dipilih-Nya untuk menjadi bejana pilihan, untuk membawa nama-Nya ke bangsa-bangsa lain, raja-raja, dan orang Israel. Ananias kemudian pergi, meletakkan tangan ke atas Saulus, dan Saulus pun dapat melihat kembali serta dipenuhi oleh Roh Kudus. Sejak saat itu, Saulus mengalami transformasi total, berubah dari penganiaya menjadi penginjil yang paling gigih dan produktif dalam sejarah Kekristenan.

Kisah Rasul 22:10 mengajarkan kepada kita pentingnya kerendahan hati dan keterbukaan untuk menerima kehendak Tuhan. Ketika kita berada dalam kebingungan, keraguan, atau bahkan dalam kegelapan kehidupan, pertanyaan tulus seperti yang diucapkan Saulus, "Ya Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?", dapat membuka pintu bagi jawaban dan pemeliharaan ilahi. Tuhan selalu siap untuk membimbing mereka yang mencari-Nya dengan tulus. Perubahan hidup Saulus menjadi bukti nyata bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan kasih dan kuasa penebusan Kristus, asalkan ada kemauan untuk bertanya dan mengikuti.